Bisnis.com, WASHINGTON—Fokus Gubernur The Fed Janet Yellen
untuk menggenjot pertumbuhan upah tenaga kerja tampaknya harus menghadapi
perubahan tren demografi Amerika Serikat.
Pasalnya, kalangan kelas menengah AS mulai menua dan
meninggalkan pekerjaan utamanya. Sebaliknya, beberapa kelompok anak muda
memasuki angkatan kerja, menjadi pegawai baru di level pemula.
Era baby boomers, yang mencakup lebih dari 76 juta dengan
tahun kelahiran 1946-1964, memasuki usia 65 tahun pada 3 tahun lalu. Millenials
atau orang-orang yang lahir di kurun 1981-2000 akan masuk waktu kerja utama.
Tren perubahan demografi ini mungkin merupakan penjelasan
yang logis terhadap lemahnya pertumbuhan upah tenaga kerja yang dikategorikan
Yellen sebagai pemulihan yang belum merata.
“Jika upah sedikit melemah akibat tren demografi, maka
itu fakta yang harus diterima AS. Tetapi, saya memperkirakan masih lemahnya
kondisi pasar tenaga kerja tidak sebesar yang dipikirkan Yellen,” tekan Ray
Stone, Direktur Manajer Stone & McCarthy Research di Princeton, New York,
Senin (21/7).
Pemulihan signifikan di sektor tenaga kerja adalah satu-satunya
alasan the Fed untuk menunda kenaikan suku bunga, setidaknya hingga program
pembelian obligasi bulanan berakhir pada Oktober tahun ini. Otoritas bank
sentral AS telah mempertahankan suku bunganya hampir mendekati 0 sejak 2009.
Jika dirinci, data statistik Departemen Tenaga Kerja
menyebutkan pegawai tetap di kalangan usia menengah rata-rata menghasilkan
US$898 per minggunya pada kuartal I/2014.
Lebih lanjut,
pendapatan masyarakat di atas usia 65 tahun mencapai US$809 sedangkan
orang-orang yang berusia di kisaran 25-34 tahun hanya menghasilkan US$727 pada
periode yang sama.
Tidak hanya itu, pendapatan per jam untuk pegawai
produksi tercatat meningkat rata-rata 2,1% year-over-year sejak resesi yang
berakhir pada Juni 2009, merosot dibandingkan ekspansi sebelumnya.
Sumber : Bisnis Indonesia, 21.07.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar