TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan
dolar masih menjadi faktor penekan rupiah meski data ekonomi dalam negeri
sedikit membaik. Di transaksi pasar uang hingga pukul 12.30 WIB, rupiah melemah
10 poin (0,08 persen) ke level 11.700 per dolar Amerika Serikat.
Rilis data Badan Pusat Statistik menyebut neraca perdagangan bulan Juli mengalami surplus tipis US$ 123,7 juta. Nilai ekspor Indonesia tercatat US$ 14,18 miliar sementara impornya sebesar US$ 14,05 miliar. Namun, tekanan terhadap rupiah lebih disebabkan oleh faktor eksternal.
Dolar semakin kuat di pasar global setelah rilis data-data ekonomi AS tercatat membaik dan inflasi di zona euro melambat. Ini membuat pelaku pasar lebih memilih untuk berinvestasi pada aset berisiko rendah. Imbasnya, dolar kembali menguat terhadap mata uang utama dunia.
Di sisi lain, masih ada risiko dari kelanjutan konflik Ukraina yang kemungkinan pecah sewaktu-waktu dan potensi tekanan dari stimulus bank sentral Eropa (ECB). "Pelonggaran moneter tahap lanjut dari ECB akan memicu pelemahan euro dan sebaliknya menambah dorongan terhadap dolar," ujar Masashi Murata, analis dari Brown Brothers Harriman, Tokyo.
Pasar semakin yakin bahwa stimulus ECB akan digulirkan cepat atau lambat. Sinyal melambatnya perekonomian Jerman membuat posisi ECB sulit untuk tidak mengeluarkan stimulus," kata Murata.
Hingga pukul 12.30 WIB, euro melemah ke level US$ 1,31, poundsterling melemah ke US$ 1,66. Di pasar Asia, won Korea melemah ke level 1.013,94 per dolar AS, ringgit melemah ke 3,16 per dolar AS, dan baht Thailand melemah ke level 31,98 per dolar AS.
Sumber : Tempo, 01.09.14.Rilis data Badan Pusat Statistik menyebut neraca perdagangan bulan Juli mengalami surplus tipis US$ 123,7 juta. Nilai ekspor Indonesia tercatat US$ 14,18 miliar sementara impornya sebesar US$ 14,05 miliar. Namun, tekanan terhadap rupiah lebih disebabkan oleh faktor eksternal.
Dolar semakin kuat di pasar global setelah rilis data-data ekonomi AS tercatat membaik dan inflasi di zona euro melambat. Ini membuat pelaku pasar lebih memilih untuk berinvestasi pada aset berisiko rendah. Imbasnya, dolar kembali menguat terhadap mata uang utama dunia.
Di sisi lain, masih ada risiko dari kelanjutan konflik Ukraina yang kemungkinan pecah sewaktu-waktu dan potensi tekanan dari stimulus bank sentral Eropa (ECB). "Pelonggaran moneter tahap lanjut dari ECB akan memicu pelemahan euro dan sebaliknya menambah dorongan terhadap dolar," ujar Masashi Murata, analis dari Brown Brothers Harriman, Tokyo.
Pasar semakin yakin bahwa stimulus ECB akan digulirkan cepat atau lambat. Sinyal melambatnya perekonomian Jerman membuat posisi ECB sulit untuk tidak mengeluarkan stimulus," kata Murata.
Hingga pukul 12.30 WIB, euro melemah ke level US$ 1,31, poundsterling melemah ke US$ 1,66. Di pasar Asia, won Korea melemah ke level 1.013,94 per dolar AS, ringgit melemah ke 3,16 per dolar AS, dan baht Thailand melemah ke level 31,98 per dolar AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar