Bisnis.com,
BANDUNG--Kalangan pengusaha mendesak pemerintahan mendatang
memprioritaskan sektor perikanan agar mampu berdaya saing di pasar
internasional.
Mereka beranggapan pembentukan kementerian kemaritiman,
yang fungsinya mengurus persoalan kelautan diharapkan mampu mendongkrak
performa industri perikanan nasional secara signifikan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan & Pemasaran
Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Thomas Darmawan mengatakan, secara bertahap,
jika difungsikan dengan baik kementerian tersebut akan mengikis permasalahan
yang menghinggapi sektor industri perikanan.
Menurutnya, selama penguatan regulasi, koordinasi, dan
eksekusi pembangunan tetap dilakukan maka daya saing pelaku usaha di sektor
kelautan dan perikanan akan meningkat.
"Pengawasan dapat dilakukan dalam satu komando
sehingga tumpang tindih peraturan dengan 18 institusi sektor kelautan di
Indonesia dapat dihindari," kata Thomas kepada Bisnis, Selasa (16/9/2014).
Untuk sektor industri pengalengan sendiri, dia
mengatakan, pencurian ikan yang dilakukan oleh negara asing di zona ekonomi
Indonesia dapat dikurangi.
"Dengan begitu restocking ikan lemuru, sardin, tuna,
dan cakalang bisa ditingkatkan hingga
industri mampu meningkatkan kapasitas," papar Thomas.
Dia menambahkan potensi ekspor ikan kaleng tahun 2015
masih cukup besar, terdiri dari pasar Jepang yang menyerap 20%, disusul Arab
Saudi dengan 17%, dan AS yaitu 15%.
Untuk permintaan
pasar ikan kaleng domestik sendiri tahun ini diperkirakan sebesar 350.000
ton/tahun.
Serikat Nelayan Indonesia meminta pemerintahan mendatang
mengoptimalkan potensi kelautan yang masih belum tergarap optimal guna
mendukung nelayan dalam menghadapi pasar bebas Asean tahun depan.
Sekjen SNI Budi Laksana menyatakan salah satu inovasi
yang dilakukan pemerintahan mendatang yakni membentuk kementerian kemaritimin
sebagai langkah yang strategis ke depannya mengingat lautan indonesia lebih
besar dari daratan.
"Hal ini penting untuk mensenirgikan antar
kementerian di dalamnya karena tumpang tindih kewenangan, sehingga terhambat
pelaksanaan di lapangan," katanya.
Kendati demikian, lanjutnya, hal yang perlu diingat
kekayaan laut bukan hanya untuk mengeksplorasi kekayaan untuk sekadar
mendapatkan devisa negara.
Namun, terangnya, melainkan mensejahterakan masyarakat
yang hidup dan tergantung dari laut seperti nelayan yang merupakan penyumbang
kemiskinan nasional sebesar 25%.
"Tinggal bagaimana kementerian kemaritiman ini
melibatkan masyarakat nelayan. Jangan harapannya laut dijadikan ruang bisnis
semata tanpa melibatkan nelayan," katanya.
Sumber : Bisnis Indonesia, 18.09.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar