Bisnis.com, BANDUNG—Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Barat
mendesak pemerintah pusat dan provinsi segera merespon usulan Pemerintah
Kabupaten Karawang yang merekomendasikan kawasan Pakisjaya sebagai lokasi
pengganti pembangunan pelabuhan internasional Cilamaya.
Ketua
Apindo Jabar Dedy Widjaja mengatakan usulan kawasan
Pakisjaya sebagai lokasi pengganti harus cepat direspon mengingat
kebutuhan pelabuhan internasional di Jabar sangat mendesak direalisasikan.
Menurutnya, lokasi pelabuhan Pakisjaya tidak jauh dari
lokasi sebelumnya yakni Cilamaya yang hanya sekitar 6 kilometer. Selain itu,
perairan Pakisjaya juga lebih dalam dibandingkan dengan perairan Cilamaya yang
rawan abrasi.
“Kawasan Pakisjaya juga berdekatan dengan ibu kota
Jakarta, sehingga dianggap strategis untuk pelabuhan internasional,” katanya
kepada Bisnis.com, Jumat (12/9).
Dedy menjelaskan konsep tata ruang yang sudah dibuat
sebelumnya untuk Pelabuhan Cilamaya tidak akan banyak berubah jika lokasi
dipindahkan ke kawasan dalam satu kabupaten.
Berbeda halnya jika lokasi dipindahkan ke kawasan lain
yang berbeda kabupaten bahkan provinsi yang harus melakukan kajian kembali dari
awal.
“Pokoknya kami ingin Jabar segera memiliki pelabuhan
internasional. Kami beralasan saat ini Pelabuhan Tanjung Priok saat ini sudah
tidak mampu menampung lebih banyak aktivitas ekspor maupun impor dari Jabar,”
ujarnya.
Dia menjelaskan keberadaan pelabuhan internasional di
Jabar untuk mendukung masuknya investasi sektor industri otomotif.
Dedy mengungkapkan minat investasi di sektor otomotif
termasuk di dalamnya komponen otomotif masih sangat besar di Jabar.
“Sebagian besar dari para investor sekarang sedang
menunggu realisasi pelabuhan apakah jadi di Cilamaya atau di mana,"
ujarnya.
Menurutnya, jika pemerintah terus mengulur waktu
pembangunan pelabuhan akan menjadi penilaian buruk bagi kepastian iklim
investasi nasional. Bahkan, katanya, investasi jangka panjang terancam tidak
maksimal sehingga pemasukan pendapatan kian menyusut.
“Pemkab Karawang berkepentingan agar wilayahnya maju
dalam industri otomotif, begitupula Pemprov Jabar yang ingin memiliki pelabuhan
internasional. Serta pengusaha yang ingin memangkas biaya distribusi yang
selama ini harus ke Pelabuhan Tanjung Priok,” ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Jabar Ferry Sofwan Arief mengatakan Menteri Perindustrian MS Hidayat telah
menginstruksikan untuk tidak mengubah lokasi Pelabuhan Cilamaya.
Menurutnya telah ada kesepakatan yang terjalin antara
pemerintah pusat dan pemerintah Jepang terkait lokasi dari pelabuhan yang
rencananya akan dibangun di Majalengka, Jawa Barat.
"Terkait rincian perjanjiannya seperti apa saya
tidak tahu, yang jelas sesuai instruksi pusat, perencanaannya masih di
Cilamaya," kata Ferry.
Pihaknya membenarkan mengenai adanya persoalan pipa
saluran bahan bakar minyak, di bakal lokasi pelabuhan Cilamaya saat ini.
Menurutnya, satu-satunya solusi terkait hal ini adalah
penggeseran lokasi pelabuhan, karena untuk memindahkan pipa dibutuhkan biaya
operasional yang besar.
"Selain biaya besar risikonya pun tinggi, karena
jika pipa sampai terputus ataupun bocor bisa mencemari laut," ujar Ferry.
Ia menuturkan lokasi pelabuhan akan digeser 2-3 kilometer
karena sudah hampir tidak mungkin untuk membangun pelabuhan di lokasi yang
telah direncanakan.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan proyek ini sudah
ditunggu-tunggu Jabar dan Karawang sejak lama.
“Cilamaya kan sudah lama dibahas, tiba-tiba ada pipa yang
mengganjal, kita akan pertanyakan,” katanya.
Menurutnya, penolakan Pertamina terkait akan terganggunya
target lifting jika Cilamaya masih dibangun di lokasi sekarang mengundang
tanya.
Heryawan menilai penolakan Pertamina harusnya sudah
muncul sejak awal sebelum adanya kajian terkait lokasi proyek Cilamaya.
Namun setelah studi selesai, dan proyek ini
berancang-ancang akan dibangun, menurutnya Pertamina baru berteriak.
Pemprov Jabar sendiri berencana untuk mendorong proyek
pelabuhan yang akan menopang jalur logistik di kawasan industri tersebut tetap
berjalan.
Pemerintah dinilai akan kehilangan momentum percepatan
jika pembangunan Cilamaya kembali mundur dan tidak mendapat kejelasan.
“Kita sudah melangkah jauh, jadi kami akan mendorong
untuk melakukan percepatan,” katanya.
Seperti diketahui, ada lima sumur milik PT Pertamina Hulu
Energi (PHE) ONWJ tidak bisa dieksplorasi dan diproduksi akibat bersinggungan
dengan menjadi jalur lalu-lintas kapal ke pelabuhan.
Hal ini berakibat realisasi pembangunan pelabuhan
internasional menjadi perdebatan hingga saat ini.
Sumber : Bisnis Indonesia, 12.09.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar