Bisnis.com,
JAKARTA--PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. merevisi turun target laba
bersih pada tahun ini ke posisi Rp20 triliun, melihat perlambatan
kondisi ekonomi yang menyebabkan perseroan harus lebih selektif dan hati-hati
dalam menggenjot kredit.
Corporate Secretary Bank
Mandiri Rohan Hafas
mengatakan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2015, perseroan awalnya membidik
pertumbuhan kredit di posisi 15%-17%.
Namun,
melihat realisasi sepanjang semester pertama tahun ini, emiten berkode saham
BMRI tersebut merevisi ke bawah target pertumbuhan kredit pada RBB 2015 menjadi
13%-15%.
"Laba
juga kami revisi maksimal tumbuh 10%. Jadi akhir tahun nanti maksimal posisi
laba Bank Mandiri Rp20 triliun," ujar Rohan kepada Bisnis, pekan ini.
Nantinya,
lanjut Rohan, perseroan bakal mengalokasikan 30% dari laba bersih tersebut
untuk pembayaran dividen. Sementara sisanya, bakal digunakan untuk menambah
modal BMRI.
Dari laporan
keuangan publikasi Bank Mandiri, sepanjang kuartal I/2015, perusahaan telah
mencatatkan total modal bank konsolidasi senilai Rp104,41 triliun.
Laporan
keuangan tersebut merinci modal inti perseroan tercatat sebesar Rp89,68
triliun, sedangkan modal pelengkap senilai Rp14,73 triliun pada akhir Maret
2015.
Dengan
penambahan modal dari laba ditahan, Rohan menyebutkan pada akhir tahun nanti
setidaknya perseroan bakal membukukan posisi modal sekitar Rp114 triliun-Rp115
triliun.
Adapun, untuk
pertumbuhan pada paruh kedua tahun ini, Rohan menilai pertumbuhan ekonomi bakal
ditopang belanja pemerintah, pembangunan infrastruktur, dan konsumsi
masyarakat. Sementara itu, di sisa 6 bulan tahun ini, BMRI bakal mengandalkan
pertumbuhan kredit dari sektor infrastruktur dan mikro.
Rohan
merinci, sepanjang kuartal I/2015, Bank Mandiri telah meneken komitmen untuk kredit
infrastruktur senilai Rp64,6 triliun. Kemudian, di periode yang sama, BMRI juga
telah mencatatkan pertumbuhan kredit mikro sebesar 32% secara year on year
(y-o-y) dari Rp28,2 triliun pada akhir Maret 2014 menjadi Rp37,22 triliun.
Sebelumnya, Direktur
Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin pun mengakui di tengah
perlambatan pertumbuhan ekonomi, sulit bagi perseroan untuk mencapai target
laba yang diterakan dalam RBB 2015.
Apalagi,
menurut Budi, kondisi pada semester II/2015 tak lebih baik dibanding periode
sebelumnya.
“Untuk
bertahan saja lumayan berat. Setidaknya kami menjaga agar tidak turun ,” jelas
Budi.
Sementara
itu, dari laporan publikasi bulanan (tidak diaudit) BMRI, hingga bulan kelima
tahun ini, perseroan menuai laba bersih senilai Rp8,79 triliun atau tumbuh
20,9% y-o-y.
Kendati
mencatatkan pertumbuhan laba cukup signifikan, Budi mengungkapkan perolehan
tersebut belum memperhitungkan biaya pencadangan.
“Kami
otomatis ingin terus mencadangkan sehingga kalau ada penurunan kredit, kami
mempunyai pencadangan yang cukup,” kata Budi.
Sumber :
Bisnis Indonesia, 12.07.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar