JAKARTA.
Layar bisnis PT Logindo Samudramakmur Tbk sepertinya belum akan mengembang
lebar pada tahun ini. Tantangan bisnis perkapalan offshore atau lepas pantai
masih berat.
Selain
industri lesu, persaingan tarif sewa juga menjadi tantangan yang harus mereka
hadapi. Pemicu persaingan tarif sewa ketat karena jumlah kapal yang beredar di
pasaran sudah melebihi batas permintaan alias oversupply.
"Carter
rate akan berat, ini menurut analisis global sudah begitu, utilisasi bisa
ditingkatkan, tapi persaingan masih besar," beber Sundap Carulli, Direktur Keuangan
PT Logindo Samudramakmur Tbk di Jakarta, Rabu (11/1).
Tak
ada pilihan bagi Logindo. Demi memenangkan persaingan bisnis, perusahaan ini
akan mengikuti kondisi pasar dan bersaing lebih agresif dalam menawarkan tarif
sewa.
Manajemen
Logindo mengaku, saat ini sedang membidik beberapa kontrak baru sewa kapal.
Hanya saja, mereka belum bersedia menyebutkan kontrak yang dibidik. Mengintip
laporan keuangan per 30 September 2016, ada tiga klien perusahaan besar yang
mencatatkan akumulasi pendapatan 70,94% terhadap total pendapatan Logindo.
Mereka
adalah Total E&P Indonesie
dengan kontribusi pendapatan sekitar US$ 9,19 juta dan BUT Eni Muara Bakau B.V
dengan kontribusi US$ 5,17 juta. Lantas, BUT PC Muriah Ltd. berkontribusi US$
3,46 juta.
Selain
menjawab persaingan tarif sewa, Logindo akan memperkuat kas internal.
Perusahaan itu berencana menerbitkan saham baru atawa rights issue senilai US$
7 juta-US$ 10 juta. Logindo sudah mendapatkan restu dari pemegang saham pada
rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Rabu (11/1) kemarin.
Kini,
Logindo tinggal menunggu persetujuan dari pemegang otoritas kebijakan. Kalau
menurut jadwal mereka, penerbitan saham baru akan berlangsung pada Maret
2017. Logindo akan memanfaatkan dana rights issue sebagai bantalan
operasional bisnis.
Maklum,
kas internal mereka tahun lalu menyusut. Sundap bercerita, kondisi kas
sepanjang tahun 2016 tergerus karena bisnis kapal offshore lesu. Jumlah kas
pada awal tahun US$ 21 juta, menyusut menjadi US$ 4,4 juta pada akhir tahun
lalu.
Menjual aset
Beruntung,
dalam kondisi kas mengempis Logindo masih bisa memenuhi kewajiban. Aksi
restrukturisasi utang US$ 80 juta pada tahun lalu menjadi penolong tatkala kas
kering. Alhasil perusahaan berkode saham LEAD di Bursa Efek Indonesia itu bisa
menghemat beban cicilan utang sekitar US$ 1,4 juta setiap bulan.
Selain
rights issue, Logindo akan melanjutkan aksi penjualan aset kapal berusia uzur.
Kegiatan yang mereka mulai sejak akhir tahun 2015 lalu tersebut untuk
meningkatkan efisiensi.
Namun,
Logindo juga harus berupaya lebih giat. Sebab, aksi penjualan aset berusia tua
rupanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Hingga kini, mereka baru melego
satu kapal kapal jenis landing craft tank (LCT) dengan
harga US$ 120.000 pada tahun lalu.
Berkaca
dari tantangan bisnis yang masih besar, Logindo belum berani memasang target
kinerja tahun 2017. Perusahaan tersebut masih harus melihat perkembangan bisnis
ke depan. "Kami harus lihat realisasi kuartal dulu, kami tidak mau seperti
tahun lalu pasang prediksi tetapi meleset," tutur Sundap.
Hanya
saja, paling tidak Logindo berharap, tingkat keterpakaian kapal alias utilisasi
tahun ini bisa tumbuh antara 10%-20%. Perusahaan tersebut mengendus potensi
geliat industri minyak dan gas (migas), seiring peningkatan harga Sebagai
gambaran, utilisasi kapal Logindo tahun lalu adalah sekitar 40%.
Sumber
: Kontan, 12.01.17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar