JAKARTA.
Sejak bermunculan transportasi berbasis aplikasi online, banyak warga yang
beralih menggunakan transportasi konvensional. Tak pelak, angkutan seperti bemo
pun mulai ditinggalkan warga.
Seorang
sopir bemo di Bendungan Hilir, Nanang (50), mengaku tak akan berhenti menjadi
sopir bemo dan beralih profesi. Dia sudah menjalankan profesi ini selama 25
tahun.
"Saya
tidak tahu mau kerja apa. Sekarang cari kerja makin susah. Jadi tukang ojek
juga kurang berani, kelihatannya bahaya," ujar Nanang.
Kedua
anak Nanang sudah menikah. Karena itu, menurutnya penghasilan dari
"narik" bemo masih mencukupi untuk kebutuhan pokoknya dengan
istrinya.
Nanang
mengaku mencoba bertahan menghadapi persaingan dengan transportasi online
secara alami. "Saya bingung harus bagaimana. Ya sudah, jalani saja. Sampai
sekarang bemo juga masih banyak dipakai sama warga sekitar dan anak sekolah,"
ucap Nanang.
Walaupun
begitu, sudah banyak sopir bemo lain yang menjual bemo atau beralih profesi.
Seperti Joko (45), yang sudah pernah menjual satu bemo miliknya dan sedang
merencanakan untuk berhenti menjadi sopir bemo.
Joko
mengatakan, alasan lain yang menyebabkan dirinya dan beberapa sopir bemo
menjual kendaraannya adalah karena sparepart bemo sudah semakin sulit dicari.
Jika mesin rusak pun mereka harus mencoba untuk memperbaikinya sendiri terlebih
dahulu.
Sudah jenuh di Jakarta
Sebelumnya,
Joko memiliki dua buah bemo. Lalu, dia memutuskan untuk menjual salah satu bemo
miliknya kepada seorang kolektor barang antik di Semarang. "Saya buat
bagus dulu bemonya. Saya cat ulang body luar dan dalam, serta saya perbaiki
mesinnya," kata Joko.
Bemo
milik Joko pun dibeli seharga Rp 28 juta. Menurutnya, memang banyak kolektor
dari luar daerah yang menawar untuk membeli bemo di Bendungan Hilir.
Uang
hasil penjualan bemo tersebut digunakan Joko untuk menambah modalnya membangun
bisnis di Sumatra. Dia berencana untuk memiliki perkebunan karet.
"Bersyukur modal sudah terkumpul. Tahun depan saya mau pindah ke pulau
seberang," ujar Joko.
Joko
mengaku sudah jenuh bekerja di Jakarta. Ditambah pendapatan bemo yang sudah
semakin tak menentu.
Seperti
Joko, banyak sopir bemo lain yang sudah dibeli bemonya oleh kolektor. Jumlah
bemo di Bendungan Hilir pun hanya tersisa sekitar 40 bemo dari 100 bemo yang
sebelumnya beroperasi.
"Tinggal
menunggu saja kapan bemo habis dengan sendirinya atau dihilangkan oleh
pemerintah. Sebelumnya pernah dengar kalau Januari 2017 bemo sudah mau
dihabiskan, tetapi ternyata belum dilakukan," ucap Joko.
Sebenarnya
Joko tidak ingin bemo benar-benar hilang. Sebab, warga sekitar masih banyak
yang membutuhkan bemo untuk pergi sekolah atau pergi dalam jarak dekat.
Terlebih lagi, biaya bemo tetap lebih murah dibandingkan alat transportasi
lain.
Sumber
: Kontan, 28.01.17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar