DENPASAR—
PT
Jasamarga Bali Tol merancang pembangunan rest area atau tempat
pelayanan wisata di kawasan Teluk Benoa yang diharapkan dapat meningkatkan
trafik kendaraan di jalan tol Bali Mandara.
Dirut
Jasamarga Bali Tol (JBT) Akhmad Tito Karim menyampaikan saat ini pihaknya sudah
mengajukan izin prinsip ke Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) untuk mendapatkan
restu terkait rencana pembangunan tersebut.
“Izin
prinsip sudah diajukan ke BPJT, setelah itu keluar baru akan melakukan Amdal ,”
jelasnya, Jumat (13/1).
Rencananya,
rest area yang akan dinamai Bedawang Nala ini akan dibangun di lahan seluas 30.000
meter persegi dan konstruksinya menggunakan tiang pancang. Lokasinya berada di sisi timur Jalan
Tol Bali Mandara (JTBM), tepatnya di kilometer 3 setelah pintu tol
Benoa.
Fasilitas
yang akan disediakan di area tersebut antara lain restoran, toko oleh-oleh,
panggung pertunjukkan hingga area parkir untuk kendaraan roda dua dan empat,
serta ruangan rapat skala kecil.
Rencana
pembangunan ini salah satunya didorong oleh masih banyaknya wisatawan yang
melakukan swafoto di tepi jalan tol sehingga membahayakan pengendara.
Keberadaan
rest area ini diharapkan dapat memfasilitasi keinginan masyarakat yang akan
mengabadikan keindahan di atas jalan tol sekaligus mendongkrak pendapatan JBT.
Berdasarkan
data JBT, pada 2016 total kendaraan yang melintasi tol sepanjang 12,7 km ini
mencapai 17,46 juta unit (rata-rata 47.973 unit per hari) atau naik 6%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya 16,54 juta unit kendaraan.
Jenis
kendaraan yang mendominasi melintas di tol ini adalah golongan 1 dan 6, yaitu
roda dua dan roda empat pribadi.
Kendati
mengalami kenaikan, tetapi realisasi tahun lalu diklaim manajemen hanya 90%
dari target sehingga terdapat deviasi sekitar 10%.
Humas JBT
Drajad Hari Suseno
menambahkan, nantinya pengunjung dapat menikmati pemandangan sisi timur jalan
tol seperti hutan mangrove dan Pelabuhan Benoa dengan lalu lalang kapal.
Proyek
ini, paparnya, paling cepat terealisasi pada akhir 2017. Drajad menekankan
Bedawang Nala merupakan satu kesatuan dengan Jalan Tol Bali Mandara dan masih
dalam koridor surat persetujuan penetapan lokasi pembangunan (SP2LP) yang
dikeluarkan Gubernur Bali.
Dia
menegaskan, begitu mendapatkan izin prinsip dari BPJT, pihaknya akan langsung
melakukan studi Amdal, DED, dan rencana investasi, pengajuan IMB, dan lelang
konstruksi.
JBT
masih merahasiakan nilai investasi untuk pembangunan rest area mengapung
pertama di Indonesia tersebut dengan alasan masih menunggu izin prinsip dari
BPJT. Drajad menyatakan sumber pendanaan investasi untuk pembangunan tersebut
masih akan dikonsultasikan dengan pemegang saham.
Namun,
pada prinsipnya, pengelola satu-satunya jalan tol di atas laut ini menyatakan
sudah menyiapkan sejumlah alternatif seperti internal atau kerja sama apabila
mendapatkan persetujuan dari pemegang saham. Komposisi pemegang saham Jalan
Tol Bali Mandara, PT Jasa Marga 55%, PT Pelindo III 17,98%, PT Angkasa Pura I
sebanyak 8%, Pemprov Bali dan Pemkab Badung masing-masing 8,01%, PT Pengembangan Pariwisata Bali, PT Adhi
Karya dan PT Hutama Karya masing-masing 1%.
Wagub Bali I Ketut
Sudikerta
selaku perwakilan pemegang saham Pemprov Bali mengakui sudah mendapatkan
informasi terkait dengan rencana tersebut, tetapi belum dapat memberikan
persetujuan atau penolakan. Menurutnya, rencana itu harus dikomunikasikan ke
sejumlah lintas lembaga agar jangan sampai menimbulkan keresahan di masyarakat.
RESTRUKTURISASI
Perwakilan
pemegang saham Pemprov Bali menyarankan manajemen JBT untuk mendongkrak
pendapatan dengan cara restrukturisasi utang kepada empat bank BUMN yang
memberikan sindikasi pembangunan tol tersebut.
Sudikerta
menilai suku bunga yang diberikan keempat bank se besar 14% sangat tinggi,
sehingga wajar jika JBT meminta pemotongan menjadi satu digit ke angka sekitar
9%.
Dengan
begitu dividen yang dibagikan ke pemegang saham bisa dimanfaatkan, karena saat
ini dividen yang diperoleh digunakan lagi untuk membayar pinjaman ke bank.
“Solusi
terbaik restrukturisasi supaya lebih cepat dinikmati. Sekarang ini kan ada suku
bunga murah makanya minta supaya dimanfaatkan agar suku bunga rendah. Sudah ada
penurunan dapat itu baru di dua digit dari 14% ke 10%, tetapi masih diproses,”
jelasnya.
Jalan Tol
Bali Mandara
diresmikan pada awal Agustus 2013 oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, dengan nilai investasi di taksir mencapai Rp2,4
triliun. Sumber investasi itu, 30% dari Jasa Marga, dan 70%
berasal dari sindikasi Bank Mandiri, BTN, BNI, BRI, dan BCA.
Jasa Marga mendapatkan hak masa konsesi atas jalan tol ini selama 45
tahun.
Sumber
: Bisnis Indonesia, 16.01.17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar