Bisnis.com,
JAKARTA—Indonesia dan Amerika Serikat dinilai perlu saling berbagi informasi
mengenai hubungan perdagangan kedua negara untuk membuktikan tidak ada
kecurangan seperti yang dituding Presiden AS Donald Trump.
Wakil Ketua
Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani mengatakan Pemerintah
Indonesia tidak perlu melakukan negosiasi terkait masuknya Indonesia dalam
daftar 15 negara penyumbang defisit neraca dagang AS. Pasalnya, belum tentu AS
paham mengenai kondisi perdagangan kedua negara dan faktor apa saja yang
berpengaruh.
Seperti
diketahui, hari ini Wakil Presiden AS Mike Pence memulai kunjungan resmi ke
Indonesia dan melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo.
“Bukannya
negosiasi. Tidak ada negosiasi dalam hal ini, tapi lebih sharing information
sebenarnya apa yang benar dan apa yang enggak. Kita sebenarnya surplus itu buat
produk-produk apa,” tutur dia di sela-sela Indonesia Summit, Kamis (20/4/2017).
Shinta
menegaskan tidak ada yang perlu dikhawatirkan AS terkait perdagangan dengan
Indonesia karena Indonesia bukan negara yang melakukan kecurangan.
“Kalau
China saja dibilang bukan negara curang, apalagi Indonesia. Kita enggak usah
khawatir, kita pastinya enggak,” tambah dia.
Kadin,
lanjut Shinta, ingin mengetahui secara langsung dari Wakil Presiden AS Mike
Pence apa saja rencana kebijakan dagang yang disusun Pemerintah AS sekarang
untuk ke depannya, termasuk apakah benar negara itu menerapkan kebijakan yang
cenderung proteksionis. Realisasi investasi pengusaha Negeri Paman Sam juga
menjadi perhatian Kadin lantaran kedua negara sudah memiliki Trade
and Investment Framework Agreement (TIFA).
Pelaku
usaha Tanah Air berharap berbagai rencana kerja sama, baik dalam hal
perdagangan maupun investasi, yang telah dibicarakan lewat TIFA bisa cepat
direalisasikan.
Presiden
Donald Trump mengumumkan 16 negara yang menjadi penyumbang defisit neraca
dagang negara itu pada akhir Maret 2017. Namun, setelah bertemu dengan Presiden
Xi Jinping, Trump tidak lagi memasukkan China dalam daftar itu.
Selain
Indonesia, negara lain yang masuk dalam daftar tersebut adalah Jepang, Jerman,
Meksiko, Irlandia, Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, India, Thailand,
Prancis, Swiss, Taiwan, dan Kanada.
Berdasarkan
data Kemendag, Indonesia mencatatkan surplus US$8,84 miliar dalam neraca dagang
dengan AS pada 2016. Angka tersebut 25,29% lebih tinggi dari surplus setahun
sebelumnya yang senilai US$8,64 miliar.
Tahun
lalu, nilai ekspor Indonesia ke negara itu mencapai US$16,14 miliar atau tumbuh
2% dari pencapaian 2015 yang sebesar US$16,24 miliar. Adapun impor dari AS
turun 10,46% menjadi US$7,29 miliar dari posisi 2015 yang sekitar US$7,59
miliar.
Sumber
: Bisnis Indonesia, 20.04.17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar