Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja ekspor dan impor China
pada Mei 2020 anjlok karena perlambatan ekonomi negara-negara di seluruh dunia
akibat pandemi virus corona (covid-19).
Biro
Statistik China melansir ekspor
sektor manufaktur pembangkit listrik turun 3,3 persen dibandingkan tahun lalu.
Penurunan ini lebih baik daripada prediksi jajak pendapat para analis Bloomberg
yang mencapai 6,5 persen. Diperkirakan angka ini naik karena lonjakan dari
ekspor medis.
Sementara itu, penurunan
signifikan terjadi pada impor China. Data bea cukai menyebut penurunan impor
China sebesar 16,7 persen. Angka ini memburuk dibandingkan sebesar 14,2 persen
pada April lalu. Angka itu juga jauh lebih tinggi ketimbang perkiraan analis
sebesar 7,8 persen.
Pengamat menilai penurunan tajam
ini terjadi karena China sempat menutup seluruh aktivitas ekonomi pada Februari
lalu untuk mencegah penyebaran virus corona.
Saat covid-19 mulai terkendali
dan China mulai membuka aktivitas ekonomi, sejumlah negara justru menerapkan
lockdown (penguncian wilayah). Walhasil, pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia
melambat, permintaan pada produk China pun menurun.
"Pertumbuhan ekspor rebound
pada Maret dan April, bahkan ketika lockdown mulai berlaku di luar negeri,
karena tumpukan pesanan yang menumpuk sementara pabrik-pabrik China tutup pada
Februari," kata Julian
Evans-Pritchard of Capital Economics
dalam sebuah laporan baru-baru ini, dikutip dari AFP, Minggu (7/6).
Berdasarkan Purchasing Managers Index
(MI), tolak ukur aktivitas pabrik di
China, masih menunjukkan tren penurunan tajam dalam ekspor.
Untuk mengatasi situasi ini,
kota-kota di China menerapkan langkah untuk meningkatkan permintaan lokal.
Menurut kantor berita Xinhua, ibu kota China, Beijing, menawarkan kupon senilai
12,2 miliar yuan atau sekitar Rp24 triliun untuk memacu konsumsi.
Di sisi lain, surplus perdagangan
China dengan Amerika Serikat (AS) naik 3,7 persen jika dibandingkan tahun lalu
menjadi US$27,9 miliar pada Mei.
Sumber : CNN Indonesia,
07.06.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar