KONTAN.CO.ID - LONDON. Ekonomi
global terjun ke dalam resesi terburuk dalam satu abad. Demikian proyeksi
terbaru Organisasi
untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
OECD memperkirakan ekonomi global
akan berkontraksi alias minus 6% tahun ini sebelum rebound pada tahun 2021.
OECD mengingatkan bahwa gelombang kedua wabah infeksi virus corona akan
menyebabkan lebih banyak gangguan dan bekas luka ekonomi.
Proyeksi OECD itu lebih suram
dari lembaga lain. Bank
Dunia semisal, memperkirakan pada minggu ini bahwa ekonomi global akan menyusut
5,2% pada tahun 2020.
Sementara Dana Moneter Internasional
(IMF) memperkirakan ekonomi dunia akan
berkontraksi 3%.
"Pada akhir 2021, hilangnya
pendapatan melebihi dari resesi sebelumnya selama 100 tahun terakhir di luar
masa perang, dengan konsekuensi yang mengerikan dan lama bagi manusia,
perusahaan dan pemerintah," kata Kepala
Ekonom OECD Laurence Boone
seperti dikutip CNN, Rabu (10/6).
OECD, yang mewakili negara-negara
ekonomi terbesar di dunia, mengingatkan dampak ekonomi bisa lebih buruk jika
wabah corona gelombang kedua terjadi dalam beberapa bulan mendatang.
Itu akan menyebabkan produk domestik bruto (PDB)
global berkontraksi 7,6% tahun
ini, dengan efeknya baru mulai mereda di paruh kedua 2021.
Selain prospek ekonomi
"sangat tidak pasti," OECD tidak bisa membayangkan pemulihan ekonomi
yang cepat bahkan jika gelombang kedua infeksi dihindari.
Beberapa industri akan menderita
karena berkurangnya aktivitas untuk jangka waktu yang lama meskipun ada program
stimulus besar yang dilakukan oleh pemerintah dan bank sentral.
"Gangguan yang diakibatkan
oleh pandemi corona kemungkinan akan meninggalkan bekas luka yang bertahan lama
di banyak negara. Standar hidup telah berkurang secara signifikan, pengangguran
didorong jauh di atas tingkat sebelum krisis, meningkatkan risiko banyak orang
terjebak dalam pengangguran yang lebih lama," tulis OECD dalam sebuah laporan.
Eropa
terpukul paling keras
Dalam skenario gelombang kedua
infeksi corona bisa dihindari, OECD memperkirakan ekonomi Inggris menyusut
sebesar 11,5% tahun ini. Sementara ekonomi Spanyol, Prancis dan Italia akan
berkontraksi lebih dari 11%.
Pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat (AS) diperkirakan menyusut 7,3% pada tahun 2020.
OECD memuji pemerintah di dunisa
karena mengerahkan sejumlah besar stimulus dalam menanggapi krisis. Tetapi OCDD
mengingatkan bahwa pembuat kebijakan tidak akan dapat mendukung upah sektor
swasta, pekerjaan dan kegiatan bisnis dalam jangka panjang.
Modal dan pekerja perlu pindah
dari bagian ekonomi yang rusak ke sektor-sektor yang sedang tumbuh. Meskipun
ini tidak akan terjadi dengan cukup cepat untuk mencegah pengangguran
meningkat, OECD menyebutkan pemerintah harus mengizinkan perusahaan untuk merestrukturisasi
dengan cepat dan memberikan dukungan upah dan pelatihan kepada pekerja.
Sumber : Kontan, 10.06.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar