Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) mencatat kinerja buruk selama pada kuartal I 2020. Perusahaan membukukan rugi
fantastis sebesar Rp38,87 triliun
pada kurun waktu tersebut.
Kondisi ini berbanding terbalik
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pasalnya, saat itu perusahaan masih
mampu mengantongi laba sebesar Rp4,14 triliun.
Mengutip laporan keuangan PLN
melalui keterbukaan informasi, perusahaan setrum ini masih mampu mengantongi
pendapatan sebesar Rp72,7 triliun. Pendapatan PLN naik sebesar 5,48 persen
dibandingkan kuartal I 2018 yakni Rp68,91 triliun.
Raihan pendapatan itu mayoritas
berasal dari penjualan tenaga listrik sebesar Rp70,24 triliun. Sumber lain
berasal dari penyambungan pelanggan sebesar Rp1,83 triliun.
Meskipun pendapatan naik, namun
beban usaha perseroan juga meningkat. Tercatat, beban usaha naik 7 persen dari
Rp73,63 triliun menjadi Rp78,79 triliun.
Beban usaha paling besar
disumbang oleh bahan bakar dan pelumas sebesar Rp30,72 triliun, turun dari
sebelumnya Rp32,95 triliun. Disusul oleh pembelian tenaga listrik sebesar
Rp25,83 triliun, naik dari sebelumnya Rp19,95 triliun.
Perusahaan pelat merah ini
mendapatkan subsidi listrik dari pemerintah sebesar Rp12,89 triliun di kuartal
I 2020. Besaran subsidi itu naik 11,90 persen dari sebelumnya Rp11,52 triliun.
Namun, subsidi pemerintah itu tak
mampu mengimbangi rugi selisih kurs yang dialami perseroan. Tercatat, rugi
selisih kurs melonjak hingga Rp51,97 triliun. Padahal, periode sebelumnya PLN
masih mencatat laba keuntungan selisih kurs sebesar Rp4 triliun.
Selain itu, perseroan juga
mengalami kenaikan liabilitas sebesar 22,11 persen, dari Rp568,97 triliun
menjadi Rp694,79 triliun. Mayoritas liabilitas perseroan terdiri dari
liabilitas jangka panjang sebesar Rp537 triliun. Sedangkan, liabilitas jangka
pendek senilai Rp157,92 triliun.
Pada kuartal I 2020, aset
perseroan naik 5,96 persen dari Rp1.500 triliun menjadi Rp1.589,48 triliun.
Sumber : CNN Indonesia,
15.06.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar