JAKARTA - PT Dirgantara
Indonesia (DI) mulai melakukan ekspansi bisnisnya dengan membuat simulator
pesawat. Pengembangan tersebut tidak jauh bisnis utama perusahaan yaitu membuat
pesawat dan komponen pesawat. Direktur Aircraft Service PT DI Rudi Wuraskito
mengatakan, sudah ada beberapa unit simulator yang berhasil dibuat.
Misalnya untuk pesawat jenis
CN 235 dan Helikopter Super Puma. Tidak hanya itu, perusahaan yang dahulunya
bernama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) tersebut juga membuat
simulator untuk kapal laut. "Ada 3-4 simulator yang sudah kita buat,"
ungkap Rudi.
Untuk 1 unit simulator CN
235, lanjut Rudi, dijual seharga USD 12 juta. Sementara simulator Super Puma
harga jualnya tidak diketahui. Sebab, PT DI hanya salah satu pemasok komponen.
Bukan kontraktor utama. Tapi, untuk 1 unitnya perusahaan yang berpusat di
Bandung tersebut mendapatkan USD 3 juta. "Itu sebagian saja. Kita
subkontraktor. Kontraktor utama di Kementerian Pertahanan," katanya.
Menurut Rudi, PT DI baru mau
fokus menekuni bisnis simulator tersebut. Dulunya, perseroan tidak bisa
melakukan ekspansi usaha karena diminta fokus membuat pesawat saja."Awal
kita membuat simulator karena ada yang minta. Malaysia yang memiliki 8 pesawat
CN 235 meminta dibuatkan simulatornya. Super Puma karena TNI Angkatan Udara
butuh. Cuma kita sifatnya membantu. Ada main kontraktor," kata Rudi.
Ditegaskan Rudi, saat ini
pihaknya belum bisa langsung bersaing dengan produsen simulator lainnya.
Terutama dari sisi branding. Harus dibangun kepercayaan dengan konsumen
terlebih dahulu. "Kita lakukan kerja sama dengan yang sudah branded.
Sehingga lebih murah harganya," ucap Rudi.
Untuk membuat simulator,
tambah Rudi, hal utama yang diperlukan adalah data base pesawat. Data perilaku
pesawat pasti dimiliki pabrik. Hanya, untuk mendapatkan data base tersebut
tidak mudah. Harganya pun sangat mahal, mencapai 20 persen dari total harga
simulator. "Kalau harga simulator USD 10 juta, maka data basenya USD 2
juta. Kalau bikin sendiri pakai teknologi kita bisa saving 30-40 persen. Ada
penghematan yang cukup banyak," katanya.
Dikatakan Rudi, dalam 4-5
tahun mendatang diharapkan PT DI sudah mampu bersaing dengan produsen simulator
lainnya. Saat ini, perusahaan sedang merintis dari yang keculu. Jika langsung
memulai dengan besar banyak yang tidak percaya. "Simulator banyak ke
aplikasinya. Sejauh ini kita lihat produk karena pesawat terbangnya apa,"
ujarnya. (cdl)
Sumber : JPNN, 02.02.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar