Kabar24.com, WASHINGTON--Sejumlah bank terkuat di AS
mengalihkan penguatan nilai dolar, terutama setelah Bank Sentral AS, Federal
Reserve (the Fed) mensyaratkan modal yang lebih tinggi.
Pasalnya, jika nilai dolar terus menguat terhadap euro,
beleid itu akan membuat nilai aset berdenominasi dolar dan biaya operasi bank asal
AS tampak lebih besar dibandingkan dengan bank Eropa.
Desember lalu, the Fed meminta delapan bank terbesar
untuk menambah bantalan modal. Sementara, jika bank tersebut bergantung pada
kredit berisiko mereka juga harus menambah ekuitasnya.
Terkait aturan itu, sejumlah pejabat dari Citigroup Inc.,
Goldman Sachs Group Inc., Bank of America Corp. dan Morgan Stanley menggelar
pertemuan dengan the Fed pada akhir pekan lalu.
Dalam rancangan peraturan yang berlaku pada 2016 itu,
kalkulasi kebutuhan penambahan modal dihitung menggunakan dua metode, yakni
metode Baselkomite pengawas perbankan yang menekankan pada minimalisasi risiko
kreditdan metode skor yang mengukur pendanaan jangka pendek.
Nantinya hasil kalkulasi yang terbesar dari dua metode
itulah yang akan dipakai sebagai patokan besaran bantalan modal yang
disyaratkan.
Beleid itu disusun berdasarkan data yang diperoleh dari
Basel Committee di mana data tersebut disajikan dalam mata uang euro. Hal ini
memudahkan otoritas moneter untuk membandingkan bank AS dengan kompetitornya di
luar negeri. Data itu lantas dikonversikan dalam dolar menggunakan nilai tukar
spot dari Basel.
Namun, dengan kondisi greenback versus euro saat ini bank
AS tampak lebih besar, baik dari segi aset maupun biaya operasional,
dibandingkan dengan bank Eropa dan Asia. Ujungnya, kebutuhan bantalan modal pun
akan lebih besar. Terkait hal itu, pihak perbankan akan meminta kajian ulang
tentang rumusan kalkulasi.
Sumber : Kabar24 - Bisnis Indonesia, 09.02/15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar