TOKYO.
Masalah menerpa bisnis ritel Amazon di Jepang. Perusahaan e-commerce yang
bermarkas di Seattle, Amerika Serikat tersebut, dituding telah melancarkan
aksi perdagangan yang tidak sehat.
Seperti
diberitakan asia.nikkei.com, Senin (8/8), kantor Amazon di Jepang,
digerebek Japan's Fair Trade Commission alias lembaga pengawas anti
monopoli Jepang karena tudingan berlaku tidak adil terhadap pemasok.
Salah
seorang sumber asia.nikkei.com mengatakan, Amazon diduga telah melakukan
tekanan terhadap para pemasok agar menjual barang lebih murah dari para pesaing
Amazon. Tindakan tersebut diduga dilakukan Amazon untuk memenangkan persaingan
dengan perusahaan e-commerce lain, yang menjadi kompetitornya.
Padahal,
beleid anti monopoli di Jepang melarang suatu pihak membatasi kegiatan pihak
lain dalam kaitan hubungan bisnis.
Seorang
jurubicara Amazon.com yang coba dikonfirmasi asia.nikkei.com terkait peristiwa
tersebut menolak berkomentar. Sementara seorang jurubicara lembaga pengawas
anti monopoli Jepang menyatakan tidak membantah apa yang ditanyakan kepadanya.
"Saya
tidak mau berkomentar. Tapi saya juga tidak menyatakan bahwa isi pertanyaan itu
tidak benar," tutur sumber Reuters saat dikonfirmasi soal pemeriksaan
Amazon, kemarin.
Asal
tahu saja, Amazon memulai debutnya di Jepang sejak tahun 2000. Ini sekaligus
juga menjadi langkah awal ekspansi Amazon di pasar Asia. Selain Jepang, Amazon
menilai India merupakan pasar yang sangat menjanjikan.
Secara
umum, pendapatan dari ekspansi pada perdagangan internasional menyumbang 33%
dari total pendapatan Amazon. Undang konsumen China Sejauh ini, Amazon memang
telah berupaya memikat konsumen tidak hanya dari Jepang saja.
Konsumen
China pun menjadi target pasar mereka dengan menyediakan pilihan bahasa China
sejak 30 Juni lalu, di Amazon.co.jp Jepang. Langkah ini ditempuh manajemen
Amazon untuk menangkap tren belanja masyarakat China yang cukup tinggi terhadap
produk-produk asal Jepang.
Diperkirakan,
pada tahun 2019 mendatang nilai transaksi e-commerce produk asal Jepang ke China
lewat belanja online mencapai ¥ 2,34 triliun atau setara dengan US$ 22,5
miliar.
Adapun
di China sendiri, Amazon kurang mendapat pasar yang bagus karena kalah bersaing
dengan raksasa e-commerce asal China, yakni Alibaba Group Holding Ltd.
Beberapa
waktu sebelumnya, Jasper Cheung, Presiden Amazon Jepang menyatakan, potensi
bisnis Amazon di Jepang begitu besar.
Hal
tersebut diamini oleh Departemen Ekonomi, Perdagangan dan Industri
Jepang yang menyebut, iklan produk-produk menarik asal Jepang telah
menggiring wisatawan asal China. Tercatat tahun lalu 3,08 juta wisatawan China
datang ke Jepang, naik 41% dari tahun sebelumnya.
Sumber
: Kontan, 09.08.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar