JAKARTA
— Asosiasi
Semen Indonesia memproyeksikan terjadinya kelebihan pasok semen hingga 28
juta ton pada tahun ini dan meningkat menjadi 30 juta ton pada 2017.
Akibatnya,
utilisasi kapasitas produksi industri semen hanya sekitar 65%—70%. Pabrik yang
tidak beroperasi penuh berdampak pada realisasi rencana pengembalian investasi
dan kemampuan perusahaan menyelesai kan kewajiban pinjaman.
Ketua
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso menyatakan upaya pemerintah
mendorong pembangunan infrastruktur dapat mendorong pertumbuhan konsumsi semen,
namun tidak cukup mengimbangi pertumbuhan kapasitas produksi tanpa pembekuan
izin pendirian pabrik baru.
“Produsen
semen mengeluh dan galau dengan terus diizin kannya pengembangan pabrik semen
meskipun ASI sudah secara resmi memohon agar izin pembangunan pabrik baru
dihentikan hingga 2019,” katanya, Senin (15/8).
Kementerian
Perindustrian sendiri setuju untuk memperketat persyaratan pembangunan pabrik
semen untuk menopang kinerja industri yang tertekan kelebihan pasok.
Dirjen
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, Kementerian Perindus trian, Achmad Sigit
Dwiwahjono
mengatakan pengetatan persyaratan pemberian izin pembangunan pabrik semen
adalah solusi jangka pendek atas kelebihan pasok semen di pasar Tanah Air.
Dia
menjelaskan kebijakan tersebut adalah alternatif dari pembekuan izin investasi
baru pembangunan pabrik semen yang diminta oleh Asosiasi Semen Indonesia.
“Kami
mendukung keinginan produsen semen dan sudah berkoordinasi dengan BKPM soal
aspek hukumnya. Namun, pembekuan izin sepertinya butuh proses yang panjang
karena berkaitan dengan UU dan Peraturan Pemerintah. Pengetatan persyaratan
bisa menjadi langkah sementara karena hanya butuh Peraturan Menteri
Perindustrian,” katanya kepada Bisnis, Senin (15/8).
Sigit
menjelaskan pemerintah akan memperketat persyaratan lokasi pabrik baru,
persyaratan teknologi yang lebih tinggi, serta persyaratan dampak lingkungan
yang lebih ketat. Izin baru rencananya hanya akan diberikan bagi pembangunan
pabrik semen di luar Jawa, khususnya wilayah sulit dijangkau oleh pemasaran
pabrik semen yang sudah ada.
“Teknologi
juga bisa dibatasi, sekarang kan teknologi banyak misalnya harus dry.
Lingkungan kita perketat soal syarat dampak pabrik terhadap lingkungannya,”
kata Sigit.
PERMINTAAN MELAMBAT
Widodo
Santoso menjelaskan perlambatan pertumbuhan permintaan di tengah lonjakan
kapasitas produksi membuat pasokan semen membludak. Pengoperasian enam pabrik
semen baru pada 2016 membuat Indone sia menjadi produsen semen pa ling besar di
Asia Timur dengan total kapasitas 92,7 juta ton. Ka pasitas akan semakin
melimpah pada 2017 seiring pengoperasian pabrik baru milik PT Semen Padang
(Persero) dan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Lonjakan
kapasitas tersebut tidak bisa diimbangi oleh pertumbuhan permintaan. Konsumsi
semen pada tiga tahun terakhir hanya naik 7 juta ton. ASI memperkirakan
permintaan pada tahun ini hanya meningkat 4% atau sebanyak 2,5 juta ton setelah
pada paruh pertama konsumsi hanya naik 3,1% atau setara 1,1 juta ton.
“Beberapa
produsen semen terpaksa harus menyetop sebagian pabrik karena stok di gudang
penyimpanan sudah penuh, bahkan ada yang sudah menyimpan clinker di open yard,”
katanya.
ASI
menyatakan konsumsi semen pada Juli 2016 naik 2,5% year on year menjadi 3,53
juta ton didorong oleh pertumbuhan permintaan semen dari Sumatra, Sulawesi dan
Nusa Tenggara. Pertumbuhan paling tajam terjadi di wilayah Bali dan Nusa
Tenggara. Konsumsi semen di daerah tersebut naik 26% year on year menjadi
100.000 ton.
Permintaan
semen di pasar terbesar, yaitu Jawa, justru merosot 3,7% menjadi 1,8 juta ton.
Widodo mengharapkan kucuran realisasi sisa anggaran proyek infrastruktur
Kementerian PUPR bisa mendorong permintaan semen pada lima bulan terakhir
tumbuh semakin tinggi. Pada 2016 anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat stagnan di kisaran Rp104 triliun dibandingkan dengan 2015.
Sumber
: Bisnis Indonesia, 16.08.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar