Bisnis.com, JAKARTA – Terungkapnya
kebocoran data besar-besaran pada Facebook telah mengejutkan pengguna,
investor, hingga anggota parlemen Amerika Serikat dalam beberapa pekan
terakhir. Tapi ternyata kejadian ini sudah diperkirakan enam tahun lalu.
Raksasa media sosial tersebut telah
memperingatkan potensi pelanggaran oleh pihak ketiga lebih dari enam tahun yang
lalu ketika pertama kali mengajukan go public.
Dalam prospektus IPO
2012, Facebook menyebutkan tentang penyalahgunaan akses atau
pengungkapan informasi pengguna sebagai faktor risiko yang berpotensi
membahayakan reputasi dan prospek keuangan perusahaan.
“Upaya kami untuk melindungi
informasi yang dipilih oleh pengguna kami untuk dibagikan menggunakan Facebook
kemungkinan tidak berhasil, karena tindakan pihak ketiga, kesalahan perangkat
lunak atau malfungsi teknis lainnya, kesalahan atau pelanggaran karyawan, atau
faktor lainnya,” papar Facebook.
“Selain itu, pihak ketiga dapat
mencoba mengecoh karyawan atau pengguna untuk mengungkapkan informasi demi
mendapatkan akses ke data kami ataupun pengguna kami. Jika peristiwa ini
terjadi, informasi pengguna kami dapat diakses atau diungkapkan secara tidak
benar,” lanjutnya, seperti dikutip CNBC.
Tetap saja, tak satu pun dari
pernyataan itu bisa dijadikan alasan atas masalah kontrol data dan perlindungan
privasi dalam Facebook yang telah terpapar luas dalam beberapa pekan terakhir.
Tapi peringatan tersebut menunjukkan
kesadaran Facebook atas risiko-risiko umum yang terkait dengan platform
terbuka.
CEO Facebook Mark Zuckerberg menghabiskan dua hari terakhir di depan Kongres AS untuk
menggambarkan kasus 'pelanggaran kepercayaan' ini.
Kasus ini berawal ketika firma riset
Cambridge
Analytica memperoleh data pribadi sebanyak 87 juta pengguna Facebook
dari pengembang
aplikasi Aleksandr Kogan, yang mengumpulkan data pengguna melalui
aplikasi kuis psikologi.
Facebook telah mengecam Kogan dan
Cambridge Analytica, serta mengklarifikasi bahwa sudah lama mengubah kebijakan
yang memungkinkan pengumpulan data seperti itu.
Kepada anggota Kongres pada hari
Rabu (11/4/2018) waktu setempat, Zuckerberg mengatakan perusahaan sedang
mempertimbangkan tindakan hukum terhadap Cambridge Analytica dan Kogan.
Cambridge Analytica sendiri telah membantah melakukan kesalahan.
Paparan Facebook dalam prospektus
itu menguraikan risiko persis seperti perilaku yang telah memukul perusahaan
saat ini.
“Beberapa pengembang Platform dapat
menyimpan informasi yang disediakan oleh pengguna kami melalui aplikasi di
Platform Facebook atau situs web yang terintegrasi dengan Facebook,” lanjut
Facebook.
“Jika pihak ketiga atau pengembang
Platform ini gagal mengadopsi atau mematuhi praktik keamanan data yang ada,
atau gagal mematuhi persyaratan dan kebijakan kami ataupun dalam hal
pelanggaran jaringan mereka, data pengguna kami mungkin diakses atau
diungkapkan secara tidak benar.”
Facebook juga benar tentang
konsekuensi dari kebocoran semacam itu.
“Setiap insiden yang melibatkan
akses tidak sah atau penggunaan yang tidak semestinya terhadap informasi
pengguna kami dapat merusak reputasi dan merek kami serta memperkecil posisi
kompetitif kami. Selain itu, pengguna yang terpengaruh atau otoritas pemerintah
dapat melakukan prosedur hukum atau peraturan.”
Terlepas dari ini, Facebook tetap
dominan, dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan global pada
platform inti, 800 juta pengguna aktif Instagram,
dan 1,5
miliar pengguna WhatsApp.
Tetap saja investor merasa
dirugikan. Facebook telah kehilangan puluhan miliar dolar dalam nilai pasar
sejak laporan kebocoran Cambridge Analytica pertama kali muncul.
Perusahaan ini juga sekarang
menghadapi risiko peraturan yang lebih besar dari anggota parlemen AS, yang
telah mengambil kesempatan untuk mempertanyakan kewajiban hukum Facebook dan
kemampuan untuk mengawasi data penggunanya dengan benar.
Sumber : Bisnis Indonesia, 13.04.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar