Bisnis.com, JAKARTA - Menko
Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menegaskan bahwa Indonesia tidak
pernah berniat melakukan tindakan balasan atas larangan masuknya biodiesel
berbahan kelapa sawit ke Uni Eropa.
"Kami tidak berencana
mengalihkan pembelian pesawat ke Boeing. Melakukan tindakan balasan bukan
budaya kami. Kami ingin terus bernegosiasi untuk menemukan solusi yang baik
bagi semua pihak. Tetapi, kami jangan terus disudutkan," ujar Menko Luhut
dalam keterangannya, Rabu (25/4/2018).
Seperti diketahui, Boeing adalah
pesaing ketat Airbus, produsen pesawar yang dibentuk sejumlah negara anggota
Uni Eropa.
Dikutip dari Wikipedia, Airbus SAS
yang berbasis di Toulouse, didirikan tahun 2001 di bawah hukum Perancis sebagai
perusahaan join stok yang dipermudah atau "S.A.S." (Société par Actions
Simplifiée).
Airbus Industrie dimulai sebagai
konsorsium perusahaaan penerbangan Eropa untuk menandingi perusahaan Amerika
seperti Boeing dan McDonnell Douglas.
Perusahaan ini dibentuk pada 1970
setelah adanya persetujuan antara Aerospatiale (Prancis) dan Deutsche Aerospace
(Jerman), disusul oleh CASA, Spanyol) pada tahun 1971, untuk mengembangkan
Airbus A300, yang terbang pertama kali pada 1972.
Pada 1979 British Aerospace (sekarang
BAE SYSTEMS) bergabung dengan Airbus.
Menurut Luhut Indonesia harus lebih
agresif melakukan perundingan dan diplomasi karena selama ini menurutnya hal
tersebut kurang dilakukan. Sehingga dari beberapa tokoh yang ditemui selama di
Brussel kurang banyak yang memahami kemajuan Indonesia.
"Mereka tidak tahu kemajuan
ekonomi kita, situasi keamanan Indonesia dan bahwa kita sedang mengerjakan
isu-isu lingkungan," jelasnya.
Dia meminta pihak Uni Eropa untuk
langsung datang ke Indonesia melihat apa yang terjadi sebelum mengambil
keputusan. Luhut meyakini banyak dari mereka akan kaget dengan Indonesia.
Parlemen Eropa bakal tidak menyangka Indonesia begitu besar dan kagum dengan
pemerintahan yang bisa mengelola negara sebesar ini.
"Karena itu saya undang mereka
untuk datang ke Indonesia, melihat langsung karena seeing is believing,"
ujarnya.
Di sisi lain kata Menko Luhut, satu
hal yang diminta para counter part untuk segera dikerjakan adalah perundingan
Indonesia -- European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement
(IEU-CEPA).
"Komisioner EU Karmenu Vella
juga meminta Indonesia untuk ikut mempercepat penyelesaian perundingan
perjanjian dagang IEU-CEPA," ujar Luhut.
Selama di Brussel Luhut juga bertemu
anggota Parlemen Eropa Sean Kelly. Menurutnya keputusan tentang pembatasan
biofuel sawit ini masih lama. Hal itu tidak boleh dilakukan dan bertentangan
dengan prinsip WTO.
Kelly berharap Indonesia bisa
memperbaiki kekurangannya. Ia juga berharap Indonesia segera melakukan
finalisasi IEU-CEPA.
Pada tahun lalu, Uni Eropa adalah
tujuan ekspor terbesar ke 6 dan asal impor terbesar ke 4 bagi Indonesia, Nilai
masing-masing sebesar US$16,2 miliar dan US$ 11,2 miliar. Total perdagangan
Indonesia dengan Uni Eropa mencapai US$ 27,4 miliar.
Sumber : Bisnis Indonesia, 25.04.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar