KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan
bisnis e-commerce yang semakin kencang membuat bidang bisnsi yang
terlibat langsung di bisnis tersebut ketiban pulung. Salah satunya adalah industri
logistik, dan lebih khusus lagi jasa kurir.
Hal ini diamini oleh Muhammad
Feriadi, Chief Executive Officer PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).
Saat ini permintaan produk online semakin tumbuh mengingat tren belanja online
yang makin membuncah ketimbang offline.
"Kami selalu mengalami
pertumbuhan permintaan pengiriman barang paket e-commerce, baik yang
bekerjasama dengan kami maupun secara personal," katanya kepada
KONTAN.co.id, Kamis (19/7).
Pertumbuhan tersebut jelas
berpengaruh terhadap pendapatan JNE. Ia merinci bila pendapatan JNE terbagi
dalam dua segmen yakni ritel berkontirbui 80% dan sisanya dari korporasi. Dari
pendapatan ritel tersebut, sekitar 60% berasal dari pengirman produk
e-commerce.
Boleh dibilang, pengiriman produk
online sudah menjadi kontribusi bisnis utama JNE. Melihat fenomena tesebut,
JNE, kata Feriadi, terus berupaya meningkatkan layanan. Salah satunya dengan
memberi fasilitas kepada para kurir JNE.
Kini, seluruh kurir JNE yang
berjumlah 7.000 kurir sudah memakai perangkat mobile untuk memberikan informasi
terkini kepada konsumen terkait posisi pengiriman barang.
Selain kurir, yang tidak ia lupakan
tentu saja jaringan JNE. Saat ini sudah ada 6.800 cabang JNE yang
terdiri dari outlet, konter dan sub agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Ia
pastikan bahwa jumlah jaringan bakal terus bertambah untuk bisa menjangkau
daerah-daerah yang belum ada cabang JNE. "Tahun ini kami targetkan ada
pertumbuhan jaringan sekitar 10%-15%," tukasnya.
Dari aksi tersebut, ia optimistis
pendapatan JNE bakal terus tumbuh, termasuk pada tahun ini. Sayang, ia tidak
merinci besarannya.
Pemain lainnya yakni J&T juga
tidak mau kalah. Robin Lo, CEO PT Global Jet Ekspress (J&T Ekspress) setuju bila pertumbuhan bisnis e-commerce
juga sejalan dengan pertumbuhan logistik terutama jasa kurir. "Kami memang
sudah memprediksi pertumbuhan ini maka kami selalu berusaha mempersiapkan
infrastruktur operasional seperti gateway, cabang atau drop point dan
sebagainya,” ujarnya kepada KONTAN.co.id, Kamis (19/7).
Menurutnya, hal ini bisa dilihat
keseluruhan pendapatan J&T Ekspress yang masih didominasi oleh paket
e-commerce yakni sekitar 60% dan 40% dari non e- commerce.
Maklum, selama tiga tahun berkiprah
di bisnis logistik, J&T memang fokus di pengiriman paket produk online.
"Untuk tahun ini, perkembangan bisnis kami tiga kali lipat dibanding tahun
lalu," klaimnya.
Supaya bisnis ini terus melaju,
meski ada tambahan jumlah pengiriman paket, Robin terus berupaya melakukan
ekspansi bisnis, terutama dari sisi infrastruktur pengiriman barang. Salah
satunya adalah tambahan jaringan.
Juni kemarin, J&T sudah menambah
beberapa drop point di sejumlah SPBU yang ada di Jakarta. Tujuannya, supaya
pelanggan lebih gampang mengambil barang. Langkah lainnya adalah menambah
menambah mesin sortir otomatis supaya proses sortir barang kian cepat.
Sama seperti JNE, J&T juga akan
terus menambah jaringan. Kalau saat ini sudah 2.000 cabang, maka hingga akhir
tahun ini ia harapkan sudah ada 4.000 cabang J&T.
Sumber : Kontan, 19.07.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar