Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan
akademisi menilai pembangunan infrastruktur yang masif sejak 2015 mulai memangkas
ketertinggalan Indonesia dari negara lain.
Kepala Kajian Makro Lembaga Pengkajian Ekonomi dan
Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Febrio N. Kacaribu mengatakan negara-negara di Asia Tenggara sudah lebih
dulu membangun infrastruktur dasar sehingga biaya logistik bisa diredam.
Di samping itu, beberapa negara
seperti Vietnam juga tengah gencar membangun infrastruktur sebagai tulang
punggung perekonomian negaranya.
Febrio menyebutkan hasil pembangunan
infrastruktur memang tidak bisa dinikmati dalam waktu yang singkat. Dia
mengutarakan infrastruktur merupakan faktor kunci untuk meningkatkan daya saing
sektor-sektor yang menjadi motor perekonomian.
"Ada yang bilang [dengan
pembangunan infrastruktur] kok ekonomi tumbuh hanya 5,1%. Tunggu dulu, kalau
tidak dibangun mungkin bisa lebih jeblok," ujarnya di Jakarta pada Kamis
(13/9/2018).
Menurut Febrio, indikator
keberhasilan pembangunan infrastruktur tercermin dari kinerja logistik
Indonesia. Berdasarkan laporan Logistic Performance Index, peringkat
Indonesia naik dari posisi 63 di 2016 menjadi 46 di 2018. Indeks
tersebut salah satunya menghitung aspek infrastruktur dari total enam komponen
yang dihitung setiap 2 tahun.
Dia menerangkan Indonesia perlu
mewaspadai Vietnam yang peringkat kinerja logistiknya menyalip. Di 2016,
Vietnam berada di posisi 64 dan selang 2 tahun kemudian sudah bertengger di
posisi 39.
Perbaikan kinerja tersebut turut
membantu Vietnam dalam menarik investasi asing, terutama dari sektor
manufaktur.
Sementara itu, kinerja manufaktur
Indonesia melempem karena sulit menyaingi produk-produk yang dihasilkan
kompetitor.
Walhasil, kontribusi sektor
manufaktur juga terus melorot. Per kuartal II/2018, sumbangsih sektor
manufaktur mencapai 20,26%, turun dari posisi 2002 yang masih mencapai 27,9%.
Menurut Febrio, sektor manufaktur
harus turut berbenah, terlebih infrastruktur juga sedang dibangun. Dia
menyebutkan Indonesia masih berorientasi pada industri barang jadi yang di
dunia sudah mulai ditinggalkan.
Tren manufaktur global saat ini,
negara-negara industri berlomba membangun komponen atau global value chain
dengan karakteristik nilai tambah tinggi. "Sekarang pemerintah merumuskan
Revolusi Industri 4.0 dan kita perlu lihat realisasinya dalam 2 tahun ke
depan."
Sumber : Bisnis, 13.09.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar