Jakarta, CNN Indonesia -- Inggris resmi keluar dari keanggotaan Uni
Eropa (Brexit) mulai hari ini, Sabtu (1/2). Namun, kedua belah pihak diperkirakan masih akan menghadapi berbagai
kendala dalam banyak hal yang selama ini diatur sesuai standar blok tersebut.
Seperti dilansir Associated
Press, Inggris akan resmi hengkang dari UE pada pukul 23.00 waktu setempat,
atau pukul 06.00 waktu Indonesia. Inggris akan diberi waktu selama 11 bulan
hingga 31 Desember untuk menyelesaikan segala kesepakatan dengan UE.
"Ini adalah saat ketika
fajar menyingsing dan tirai terbuka dalam drama nasional kita. Dan kita akan
menggunakan kekuatan ini untuk kembali meraih kedaulatan dan menunaikan
aspirasi para pemilih," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam
rekaman video sambutan Brexit.
"Uni Eropa yang berusia 50
tahun sudah berubah arah dan tidak sejalan lag dengan negara ini," ujar
Johnson.
Johnson dan seluruh anggota
kabinet dilaporkan akan menggelar pesta menyambut Brexit di kantor perdana
menteri di Downing Street 10.
Selama itu warga Inggris yang
tersebar di seluruh negara anggota Uni Eropa masih dibolehkan bekerja.
Kesepakatan dagang antara kedua belah pihak juga masih berlaku sampai akhir
tahun.
Kendati begitu, Inggris dan Uni
Eropa harus segera merundingkan kembali seluruh kesepakatan perdagangan,
pertahanan dan keamanan hingga urusan telekomunikasi. Sejumlah pihak pesimis
hal itu bisa diselesaikan kilat selama 11 bulan.
Yang dikhawatirkan adalah jika
Uni Eropa dan Inggris tidak mencapai kesepakatan dalam segala bidang hingga
masa transisi berakhir. Dikhawatirkan hal itu akan membawa dampak buruk
perekonomian kedua belah pihak.
Tiga alasan utama kaum anti-Uni
Eropa ingin mewujudkan Brexit adalah mereka menilai kewenangan blok itu semakin
mengikis kedaulatan Inggris terutama dalam menerapkan kebijakan luar negerinya.
Mereka juga menilai kebijakan Uni Eropa menghambat pertumbuhan ekonomi Inggris
sebagai negara ekonomi terbesar keenam di dunia, terutama dalam hal berbisnis.
Selain itu, masalah imigran
menjadi salah satu pemicu Brexit. Salah satu prinsip Uni Eropa adalah
pergerakan bebas setiap warga negara anggota. Warga Inggris bisa bekerja dan
tinggal dengan mudah di negara Uni Eropa, begitu juga sebaliknya.
Kaum anti-Uni Eropa menilai
kebebasan mobilisasi warga Eropa itu bisa mengancam peluang kerja bagi warga
Inggris di dalam negeri.
Referendum Brexit akhirnya
digelar pada Juni 2016 dengan hasil yang mencengangkan dunia dan mengguncang
politik Inggris. Sebanyak 52 persen warga memilih Inggris keluar dari Uni
Eropa.
Sumber : CNN Indonesia,
01.02.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar