KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona atau Covid-19 telah menghantam segala aspek kehidupan manusia termasuk sektor ekonomi. Akibatnya, resesi ekonomi melanda sejumlah negara.
Penguncian dan pembatasan sosial
ketat yang berlaku di banyak negara untuk membendung penyebaran virus corona
membuat roda perekonomian tidak berputar secara normal. Sebut saja, Amerika Serikat (AS).
Ekonomi negeri AS pada kuartal
II-2020 mencapai -32,9%. Dengan ekonomi yang minus ini, AS masuk jurang resesi
karena kuartal I 2020 mengalami pertumbuhan -5%.
Selain AS, sejumlah negara juga
telah masuk dalam jurang resesi, Jerman,
Hong Kong, Singapura, dan Korea Selatan.
Hong Kong juga mengalami
pertumbuhan ekonomi negatif pada kali kedua, yakni Kuartal 1-2020 -9,1% dan
Kuartal 2-2020 -9%.
Adapun sebelumnya, Korea Selatan juga mencatat pertumbuhan ekonomi Kuartal I-2020 sekitar -1,3% dan Kuartal 2-2020 -3,3%. Disusul juga Singapura yang melaporkan terjadinya krisis karena pertumbuhan di kuartal I dan Kuartal II mengalami pertumbuhan ekonomi negatif yakni -3,3% dan Kuartal 2-2020 mencapai -12,6%.
Ekonom
Core Piter Abdullah menilai,
menjelang pengumuman Badan
Pusat Statistik di bulan Agustus 2020, Indonesia juga tinggal menunggu waktu untuk dinyatakan secara resmi
masuk dalam jurang resesi atau tidak. Sebab, akibat Covid-19, berbagai negara
juga terkena dampak tak terkecuali di Indonesia.
Namun, Piter mengatakan, meski
banyak negara tertentu yang sangat bergantung kepada ekspor pasti akan terseret
lebih dalam. Sebab, selain terjadi wabah di domestik, ekspornya juga ikut
menurun akibat lesunya ekonomi global.
“Tapi Indonesia bukan negara
seperti itu. Kita tidak bergantung Ekspor,” ujar Piter saaat dihubungi
Kontan.co.id, Minggu (2/8).
Sehingga, menurutnya, resesi yang
terjadi di AS dan di banyak negara lainnya tidak akan memperburuk perekonomian
Indonesia.
“Dampak resesi di berbagai negara
termasuk AS sudah kita rasakan, dimana ekspor kita sudah menurun. Sehingga
tidak akan berdampak lebih besar lagi. Perekonomian kita juga sudah
terkontraksi, khususnya karena Covid-19 yang menyebabkan konsumsi dan investasi
kita menurun,” tambah Piter.
Sehingga, meskipun Indonesia
sudah dipastikan akan ikut mengalami resesi, tetapi kontraksi ekonomi Indonesia
yang dialami saat ini diyakini tidak akan sedalam negara-negara maju.
“Sekali lagi karakteristik negara
Kita yang lebih bergantung kepada konsumsi ketimbang ekspor menyebabkan
kontraksi ekonomi menjadi lebih ringan karena konsumsi walaupun mengalami
kontraksi tidak akan sampai terlalu dalam,” katanya.
Apalagi, masyarakat di Indonesia
bagaimanapun tetap akan melakukan konsumsi terutama dengan adanya berbagai
bantuan dari pemerintah.
Sumber : Kontan, 02.08.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar