KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak ekosistem Gojek ke perekonomian cukup besar. Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD UI) menyebut, pada tahun lalu ekosistem Gojek dari lima layanan (GoFood, GoPay, GoSend, GoCar dan GoRide) menyumbang Rp 104,6 triliun ke ekonomi Indonesia.
Rinciannya, kontribusi langsung sebesar Rp 87,1 triliun, dihitung dari selisih pendapatan mitra sebelum dan sesudah bergabung ke ekosistem Gojek.
Lalu, multiplier effect sebesar Rp 17,5 triliun pada sektor-sektor UMKM yang berada di luar ekosistemnya, dihitung dari selisih pendapatan UMKM sebelum dan setelah Gojek beroperasi di sebuah kota.
"Bila menggunakan metode perhitungan pendapatan domestik bruto (PDB), nilai produksi di ekosistem digital Gojek selama tahun 2019 setara dengan 1% PDB nasional Indonesia," kata Alfindra Primaldhi, peneliti LD UI dalam keterangan tertulis, Selasa (4/8).
Alfindra juga menyebutkan, hasil riset ini menunjukkan peran ekosistem ekonomi digital membantu UMKM, khususnya usaha mikro, untuk bertahan di masa pandemi.
Kondisi pandemi ini menguji resiliensi (ketahanan), dan kemampuan adaptasi para pelaku usaha di masa krisis. Salah satu adaptasi itu adalah mengubah usaha tradisional menjadi usaha digital.
"Tampak juga bahwa para pelaku usaha cukup realistis melihat dampak panjang dari pandemi, namun mereka juga tetap optimis bahwa dengan berada dalam suatu ekosistem digital, usaha mereka dapat tetap tumbuh kedepannya, dan penghasilan mereka kembali seperti sebelum pandemi," ujar Alfindra.
Riset LD UI juga menunjukkan bagaimana GoFood menjadi penyangga ekonomi bagi mereka yang penghasilannya terdampak pandemi terutama pegawai swasta.
Riset menemukan 40% mitra GoFood yang disurvei baru bergabung saat pandemi Covid-19 (sejak Maret 2020). Di antara mitra tersebut, 94% adalah pengusaha skala mikro. Lebih rinci lagi, 43% di antara mereka merupakan pengusaha yang pertama kali mulai berbisnis.
Riset ini juga menunjukkan bahwa sektor swasta turut terkena dampak dari pandemi. Proporsi mitra GoFood baru yang berasal dari pegawai swasta adalah sebesar 24%, sedangkan sebelum pandemi proporsi mitra dari pegawai swasta hanya 18%.
Selain itu, mitra yang tidak punya pengalaman usaha sebelumnya meningkat hampir dua kali lipat menjadi 43% dibandingkan pendaftar sebelum pandemi. "Maka, tampak bahwa usaha kuliner menjadi sumber penghasilan alternatif bagi orang-orang yang kehilangan, atau mengalami penurunan penghasilan selama pandemi. Keberadaan ekosistem ekonomi digital seperti Gojek mempermudah akses bagi pengusaha pemula," jelas Alfindra.
Riset LD UI juga menemukan, mayoritas mitra UMKM menganggap mereka mampu beradaptasi di situasi pandemi karena berada di ekosistem Gojek.
UMKM yang merasa mampu beradaptasi selama pandemi dengan menjadi mitra adalah 92% mitra UMKM GoFood, 97% mitra UMKM social seller pengguna GoSend, dan 89% mitra UMKM GoPay.
Para mitra menganggap solusi teknologi dan non teknologi dari Gojek membantu keberlangsungan usaha mereka. Mitra UMKM GoFood merasakan manfaat dari fitur teknologi pengaturan promosi mandiri (68%) dan periode promosi (51%).
Sementara mitra UMKM social sellers pengguna GoSend merasakan manfaat dari fitur Layanan GoSend dalam kota (77%) dan layanan GoSend antar-kota (32%). Sedangkan, mitra UMKM GoPay merasakan manfaat dari fitur penerimaan pembayaran non tunai (75%) dan aplikasi GoBiz (49%).
Dalam waktu kurang dari 3 bulan, UMKM kuliner dan non-kuliner yang baru bergabung ke ekosistem Gojek mendapatkan keterampilan baru yaitu skill berjualan online (77%), pemanfaatan media sosial untuk bisnis (48%), dan kreativitas dalam pemasaran (45%).
Kemampuan mitra untuk bertahan
dan beradaptasi bersama Gojek membuat 90% mitra UMKM cenderung optimistis bisa
pulih dan tumbuh ke depannya dengan terus bersama Gojek. Mayoritas UMKM
berencana tetap bermitra dengan Gojek secara jangka panjang.
Sumber : Kontan, 04.08.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar