KONTAN.CO.ID
- TOKYO. Pasca berakhirnya Perang Dunia II, Jepang perlahan bangkit menjadi
salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Dukungan dana dari Amerika
Serikat setelah perang usai benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Jepang.
Saat
ini, perusahaan-perusahaan Jepang sudah sangat dikenal di berbagai penjuru
dunia. Jepang menguasai industri dari berbagai macam sektor, mulai dari
telekomunikasi, otomotif, musik, perfilman, hingga fashion.
Awal
tahun ini, Forbes mencatat daftar orang terkaya di Jepang, dan yang ada di
posisi puncak adalah Tadashi Yanai, founder dan presiden Fast Retailing yang
membawahi Uniqlo. Bisnis ritel fashion ini sekarang sudah menancapkan kakinya
di banyak negara, termasuk Indonesia.
Tadashi Yanai resmi tercatat
sebagai orang terkaya di Jepang oleh Forbes dalam laporannya bulan April 2020 lalu. Saat
itu kekayaan Yanai ditaksir ada di angka $22,3 triliun.
Perusahaan
ritelnya, yakni Fast Retailing, sekarang menjadi perusahaan pakaian terbesar
keempat di dunia dengan lebih dari 2.000 toko ritel di seluruh dunia.
Beberapa
merek terkenal yang ada di bawah jaringan ini antara lain Uniqlo, Helmut Lang,
Theory, Comptoir des Cotonniers, Princesse tam.tam, J Brand, dan g.u.
Uniqlo
sebagai ujung tombaknya saat ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan hingga
US$ 50 miliar pada tahun 2020, sebagian besar akan diupayakan melalui ekspansi
di AS, China, serta penjualan online.
Pada
tahun 1984, Yanai mulai menjabat sebagai presiden dari jaringan clothing milik
ayahnya yang memiliki 22 gerai. Setelah itu, ia mulai membuka toko baru di
Hiroshima dengan nama Uniqlo Clothing Warehouse, atau saat ini akrab disebut
dengan Uniqlo.
Bisnis
Uniqlo berjalan sangat baik di Jepang. Hingga tahun 1998, Yanai sudah mampu
membuka 300 gerai Uniqlo di seluruh Jepang.
"Saya
mungkin terlihat sukses tetapi saya telah membuat banyak kesalahan. Orang
menganggap kegagalan mereka terlalu serius. Anda harus positif dan yakin bahwa
Anda akan menemukan kesuksesan di kemudian hari," ungkap Yanai dalam
wawancaranya dengan majalah Monocle.
Pendekatan
yang dilakukan Yanai dalam bisnis Uniqlo juga dinilai berbeda dengan kebanyakan
merek fashion lainnya.
Zara misalnya, bisnis pakaian terbesar di
dunia ini selalu merespons dengan cepat setiap tren mode yang muncul. Dengan cepat
mereka langsung memproduksi model baru yang didistribusikan ke gerai-gerai
hanya dalam waktu dua minggu.
Sementara
Uniqlo melakukan hal yang sebaliknya. Uniqlo cenderung tidak mengikuti
tren yang berkembang. Mereka merencanakan produksi pakaiannya hingga satu tahun
sebelumnya.
Atas
dasar pendekatan inilah Yanai menyebut bahwa Uniqlo bukan lah bisnis mode,
melainkan bisnis teknologi.
Sekarang
Yanai, bersama dengan Fast Retailing dan Uniqlo, berambisi untuk mengalahkan raksasa fashion dunia seperti H&M serta Inditex yang merupakan
induk perusahaan dari Zara.
Sumber
: Kontan, 30.08.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar