indopos.co.id – Wakil Menteri Perdagangan
(Wamendag), Jerry Sambuaga
mengatakan bahwa potensi ekspor pangan kita sangat melimpah. Oleh karena itu,
potensi tersebut harus dikembangkan.
“Sangat banyak sekali jenis bahan
pangan yang kita hasilkan. Semuanya bisa saja di ekspor. Jadi bukan hanya
terbatas pada mie instan, kakao atau kopi, tetapi semua produk pangan bisa saja
diekspor,” kata Jerry lewat siaran persnya, Selasa (25/8/2020).
Hal ini dikatakannya ketika
memberikan sambutan pada Webinar
“Inovasi Pangan Nasional” yang
diadakan oleh
Accelerice Indonesia, Senin
(24/8/2020). Webinar itu juga menghadirkan William
Wongso, Prof F.G. Winarno, Ravindra Airlangga dan Leonard
Theosabrata sebagai pembicara.
Menurut Jerry, jenis pangan
Indonesia sangat beragam mulai dari padi-padian, ikan, kacang-kacangan hingga
sagu-saguan. Kuncinya, menurut Wamen Milenial itu adalah inovasi dalam semua
aspek baik pengolahan, pemasaran, kemasan dan sebagainya.
“Dalam pengolahan, sebuah produk
harus mengikuti standard-standar yang diterapkan oleh negara sasaran ekspor.
Sebuah negara bisa saja menetapkan standar kesehatan, ekologis dan sebagainya
yang harus dipenuhi oleh pengimpor,” jelas Jerry.
Dalam pemasaran,
pendekatan-pendekatan marketing harus dilakukan secara komprehensif mulai dari
pameran, business matching, iklan dan seterusnya. Dalam pengemasan juga harus
bisa memenuhi standard dan ekspektasi konsumen agar menarik serta meningkatkan
nilai tambah.
Jerry mengatakan, Kementerian
Perdagangan memberikan fasilitasi bagi inovasi-inovasi dalam pengembangan
produk ekspor.
“Sesuai dengan tupoksi kami,
bahwa dalam hal ekspor kita ini ada di hulu. Untuk produksi atau di hulu, ada
di kementerian lain seperti kementerian perindustrian, pertanian, Kemenkop dan
UKM dan sebagainya. Kami memberikan fasilitasi dalam pemasaran dan
kemudahan-kemudahan perdagangan lainnya,” jelas mantan anggota Komisi I
tersebut.
Jerry mengatakan, yang tidak
boleh dilupakan adalah adanya perjanjian perdagangan dalam menunjang ekspor
produk pangan.
“Perjanjian perdagangan itu
penting sekali dalam memperluas akses produk-produk Indonesia. Termasuk produk
pangan, baik yang mentah maupun sudah olahan. Dengan perjanjian perdagangan
tarif masuk produk dari Indonesia akan diberikan keringanan atau bahkan bisa
nol persen. Nah dari situ secara harga kita bersaing.” ucapnya.
Menurut Jerry, sudah banyak
perjanjian perjanjian perdagangan yang diselesaikan. Oleh karena itu ia
berharap para produsen Indonesia memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang
dihasilkan dari perjanjian perdagangan itu. Tanpa pemanfaatan yang optimal maka
perjanjian perdagangan tidak akan memberikan manfaat nyata bagi produk
Indonesia.
“Kami punya 5 FTA-Center (Free Trade Area Center). Di sana para produsen bisa berkonsultasi mengenai bagaimana sebaiknya dalam melakukan ekspor, bagaimana mekanismenya dan sebagainya. Jadi jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi kami. Kami pasti akan membantu seoptimal mungkin. Apalagi memang sudah jadi visi presiden untuk meningkatkan ekspor. Tugas kamilah untuk mengimplementasikan visi presiden tersebut,” terangnya.
Jerry menyadari, meningkatkan
ekspor pangan adalah tantangan tersendiri. Sektor pertanian dan pangan biasanya
lebih proteksionis dibandingkan dengan sektor lain. “Ini terjadi di semua
negara karena sektor pangan biasanya menyangkut kepentingan yang sangat
kompleks,” jelasnya.
Tetapi hal itu tidak berarti
tidak bisa diatasi. Hal ini karena selain keunggulan kompetitif juga ada
keunggulan komparatif Indonesia yang diakibatkan oleh faktor tanah dan iklim.
Misalnya saja produk gandum, Indonesia memang harus impor karena memang kita
tidak bisa menanam sendiri secara optimal. Produk Indonesia juga banyak yang
punya keunggulan komparatif, buah-buahan misalnya.
“Banyak buah-buahan yang hanya
bisa hidup di iklim tropis atau bahkan hanya di Indonesia. Jadi itu bisa jadi
modal tersendiri bagi kita,” kata Wamendag.
Jerry berpesan agar keunggulan
komparatif tidak melenakan produsen Indonesia karena keunggulan kompetitif
tetap memegang kunci. Dia ingin agar inovasi dilakukan sebaik mungkin. “Hal itu
agar secara kualitas dan kuantitas, produk Indonesia bisa memenuhi ekspektasi
negara-negara pengimpor,” pungkasnya.
Sumber : indopos, 25.08.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar