JAKARTA: Pengembangan terminal di Bandara Soekarno—Hatta (Jakarta) akan terhenti pada 2016, atau saatpelabuhan udara tersibuk di Indonesia itu memiliki kapasitas tampung penumpang pesawat sebanyak 65 juta orang per tahun.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S. Sunoko mengatakan pemerintah harus cepat memutuskan bandara pendukung untuk operasional penerbangan di kawasan Jabodetabek, jika tidak ingin terjadi stagnasi di masa mendatang.
Adapun saat ini, Bandara Soekarno-Hatta memiliki kapasitas tampung penumpang di terminal sebanyak 22 juta orang, sedangkan arus penumpang pada tahun lalu mencapai 37,14 juta orang.
“Kawasan Bandara Soekarno—Hatta sudah tidak punya lahan, maksimal di 2016 pengembangan sudah tidak bisa dilakukan lagi. Pada tahun itu, diperkirakan jumlah penumpang di bandara itu mencapai 60 juta orang,” jelasnya Kamis, 9 Desember.
Dia menuturkan hal itu usai acara Diskusi Publik Mengupas Kompleksitas Bandara Soekarno—Hatta, yang diselenggarakan oleh AP II.
Pada 2010, kata Tri, arus penumpang pesawat di bandara internasional itu diprediksi mencapai 40 juta orang, padahal kapasitas yang ada saat ini hanya untuk menampung 22 juta orang per tahun.
“Kami sedang membuat desain secara keseluruhan, salah satunya adalah pembenahan terminal sehingga bisa meningkatkan kapasitas penumpang,” paparnya.
Dia menuturkan pihaknya mulai tahun depan akan melanjutkan pembangunan Terminal 3 sehingga kapasitas penumpang di sana bisa mencapai 20 juta orang per tahun.
Sementara itu, pembangunan Terminal 4 yang juga berkapasitas penumpang 20 juta orang per tahun akan dimulai pada 2012.
“Terminal 1 dan 2 yang sekarang kapasitasnya 18 juta orang per tahun juga akan dibenahi, diantaranya dengan menghadirkan konter check in penumpang tersentralisasi. Pembenahan di dua terminal itu diharapkan bisa meningkatkan kapasitas menjadi 25 juta orang per tahun,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan kepadatan yang ada di Bandara Soekarno—Hatta membuat tingkat pelayanan menurun sehingga penumpang merasa tidak nyaman.
Menurutnya, pertumbuhan pasar penumpang domestik dan internasional sebesar 15% hingga 20% per tahunnya bagai dua sisi mata uang.
“Di satu sisi, kita senang karena bepergian dengan pesawat bukan lagi menjadi hal yang sangat eksklusif. Tapi, di sisi lain pelayanan penumpang menjadi keteter,” jelasnya.
Tri menuturkan Bandara Soekarno—Hatta juga sudah sangat membutuhkan kehadiran moda kereta api, sebagai alternatif angkutan bagi masyarakat.
“Sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan akses jalan raya atau jalan tol karena semakin lama semakin padat. Butuh kereta api dari dan menuju bandara,” paparnya.
KA bandara
Wamenhub mengatakan pemerintah menargetkan operasional KA Bandara Soekarno—Hatta pada 2014.
Dia menuturkan nilai investasi proyek itu membengkak menjadi Rp10 triliun, dibandingkan dengan perkiraan Rp4,6 triliun.
Meroketnya investasi, kata Bambang, karena adanya perubahan desain pembangunan di antaranya adalah lebih banyak jalur layang di jalur Manggarai—bandara melalui Angke—Pluit.
“Selain itu, ada juga pembangunan akses kereta lainnya yakni rel ganda rute Tangerang—bandara. Total investasi yang dibutuhkan berubah menjadi Rp10 triliun, sehingga tender akan diulang. Pemerintah sendiri akan mendukung sebesar Rp3 triliun,” paparnya.
Diulangnya tender untuk proyek KA Bandara Soekarno—Hatta, kata Wamenhub, menggugurkan hasil prakualifikasi tender sebelumnya yang meloloskan tiga perusahaan, yakni China Harbour asal China, Railink (anak usaha PT Kereta Api dan PT Angkasa Pura II), dan Mitsui asal Jepang.
“Nilai investasi berubah, desain berubah, sehingga tender diulang. Nantinya untuk operator KA Bandara Soekarno—Hatta itu juga akan ditender. Sudah cukup banyak perusahaan asing yang tertarik,” jelasnya. (ra/sut)
Sumber : Bisnis Indonesia, 09.12.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar