JAKARTA: India diproyeksikan menjadi pasar nontradisional yang diprioritaskan dalam perdagangan luar negeri Indonesia 2011.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memprediksi akan adanya kemungkinan penurunan pertumbuhan beberapa negara Asia seperi China dan Jepang pada tahun yang akan datang, sehingga Indonesia harus memikirkan diversifikasi pasar.
"Tahun depan, Indonesia harus berjaga-jaga juga karena kemungkinan beberapa negara Asia akan mengalami penurunan pertumbuhan, tetapi India diperkirakan masih tetap tinggi, juga berfikir soal diversifikasi pasar.
Mungkin pertumbuhan perdagangan dengan India menjadi prioritas tahun depan, pasar yang baru," ungkap Mari saat ditemui di kantor Kementerian Koordinasi Perekonomian, Jakarta, kemarin malam (22 Desember 2010).
Mari berharap tahun depan ekspor dapat tumbuh hingga 10%-12% dengan pertumbuhan paling tinggi berasal dari ekspor CPO, batu bara dan karet. Pertumbuhan yang tinggi itu juga berkaitan dengan permintaan India dan China.
Selain itu, dia optimistis terhadap pertumbuhan manufaktur, alas kaki, elektronik, serta otomotif, karena belakangan sektor tersebut mendapatkan investasi baru yang prospektif.
Sementara itu, untuk dalam negeri, Mari merencanakan perbaikan pengelolaan gula. "Arahnya lebih kepada bagaimana kita mengelola kebijakan gula kepada kualitas, tidak lagi dibedakan GKP [gula kristal putih] atau rafinasi, tetapi berdasarkan kualitas, dan standar, misalnya SNI," tutur Mari.
Menurut Mari, rencana itu masih dalam pembahasan. Rencana perbaikan distribusi gula, baik GKP maupun rafinasi juga termasuk dalam pembahasan tersebut. Namun demikian, dia memastikan hingga saat ini belum ada perubahan kebijakan mengenai gula rafinasi. "
Tidak ada perubahan kebijakan, gula rafinasi tetap dibatasi, tidak boleh dijual langsung ke pasar untuk konsumsi. Namun industri kecil, dari dulu memang dibolehkan. Kami tetap ketat menjagaagar tidak terjadi perembesan," tegasnya.(msb)
Sumber : Kompas, 23.12.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar