Terakhir, sejak tanggal 10 Mei 2011, PT KAI mulai memasang alat penyemprot cairan berwarna ke atap gerbong untuk membuat jera para penumpang di atas KRL. Masih dianggap tidak efektif, KAI juga berencana memasang "pintu koboi" sebagai penghalang bagi penumpang bandel itu.
Namun, apabila cara-cara itu tidak juga membuat efek jera, maka KAI akan memberhentikan tiap perjalanan kereta setiap ditemukan penumpang di atas KRL. "Jalan terakhir akan kita berhentikan untuk menurunkan para penumpang di atas itu," ucap Kepala Humas PT KAI Daop I, Mateta Rizalulhaq, Minggu (15/5/2011), saat dihubungi wartawan.
Pemberhentian perjalanan kereta api ini, lanjutnya, merupakan jalan terakhir yang akan dipakai KAI. Pasalnya, pemberhentian ini tentu saja akan membuat perjalan kereta api terhambat. "Bisa-bisa yang naik di dalam kereta yang jumlahnya ribuan protes karena perjalanan akan semakin terlambat gara-gara penumpang yang jumlahnya hanya seratusan di atas gerbong itu," ujarnya.
Namun, demi keselamatan perjalanan, Mateta menilai penerapan itu perlu dilakukan. "Demi keselamatan, mau nggak mau itu harus dilakukan karena sudah sesuai dengan undang-undang. Tapi ini jalan terakhir," ucapnya.
Lebih lanjut, Mateta mengungkapkan bahwa selama ini KAI selalu kesulitan membuat jera para penumpang di atas gerbong. Mulai dari memasang kawat berduri, paku-paku besar, hingga cairan berwarna sudah dilakukan, namun tetap sia-sia. Di lain pihak, penerapan pemberhentian perjalanan KRL sebenarnya sudah lebih dulu dilakukan setiap ada pertandingan sepak bola.
KRL biasanya menjadi salah satu moda favorit para pendukung fanatik klub sepak bola yang akan bertanding. Untuk mengantisipasi kerusuhan yang kerap terjadi, KRL biasanya memberhentikan kereta kalau ada penumpang di atas gerbong.
"Karena biasanya mereka sudah bawa batu-batu dan alat-alat lain untuk rusuh. Jadi sering kali saat melintas pakai kereta, di atas mereka itu perang dengan suporter lain lempar-lemparan," ujar Mateta.
Alhasil, tiap kali pertandingan sepak bola dilaksanakan, ada sekitar 200 kaca KRL yang retak atau pun pecah. Kerugian secara materil pun bisa mencapai ratusan juta.
"Tapi bukan soal materil yang kami keluhkan, namun soal keselamatan penumpang ini. Makanya, kalau ada kejadian penumpang di atas kereta rencana akhir kami akan menerapkan sistem yang sama saat ada pertandingan bola, yaitu kereta berhenti," tegas Mateta.
Sumber : Kompas, 15.05.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar