Bisnis.com, LONDON – Perusahaan-perusahaan Inggris diminta untuk
menaikkan upah pekerjanya, terutama untuk sektor usaha yang mendapatkan
keuntungan dari jatuhnya harga minyak dunia.
Tapi, kenaikan upah dianggap tidak
akan mensejahterakan pekerja selama tarif listrik masih tinggi.
David Cameron, Perdana Menteri
Inggris, mengatakan perusahaan-perusahaan yang mendapatkan keuntungan lebih
dari jatuhnya harga minyak dunia sebaiknya membagi laba mereka untuk pekerja
dengan menaikkan upahnya.
“Ini seperti momentum untuk
perusahaan-perusahaan lebih produktif lagi dengan menaikkan upah pekerja,”
ujarnya seperti dilansir Reuters, Sabtu (17/1/2015).
Di sisi lain, momentum kejatuhan
harga minyak dunia juga dimanfaatkan partai konservatif, di mana Cameron
bernaung untuk melakukan kampanye terselubung menjelang pemilu Mei nanti.
Partai Konservatif yang berkuasa
saat ini di Inggris pun memanfaatkan jatuhnya harga minyak dengan
menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Kebutuhan Pokok, dan rencana
teranyar mengajak perusahaan di Inggris untuk menaikkan upah pekerja.
Aksi partai Konservatif itu
dilakukan untuk terus menjadi mayoritas dibandingkan dengan partai dari
kalangan buruh.
Partai Buruh yang menjadi oposisi
terkuat Partai Konservatif menyatakan momentum kejatuhan harga minyak saat ini
tidak membuat nasib buruh lebih baik.
Bahkan, kondisi buruh saat ini masih
lebih buruk dibandingkan dengan lima tahun silam karena tarif listrik yang
tinggi.
Sebelumnya, Partai Buruh mengajukan
regulator energi Inggris agar memiliki kekuatan untuk meminta perusahaan
listrik menurunkan harga saat harga komoditas energi seperti minyak sedang di
titik rendah.
Tapi, sayangnya permintaan itu
ditolak parlemen Inggris.
Sumber : Biisnis Indonesia,
17.01.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar