TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham menyepakati
pengangkatan Suparni sebagai Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.,
Suparni, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Produksi dan Litbang
menggantikan Dwi Soetjipto yang ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Pertamina
(Persero).
Sekretaris Perusahaan dengan kode emiten SMGR ini, Agung
Wiharto, mengatakanperseroan juga mengangkat beberapa direksi lain,
"Mereka adalah Ahyanizzaman, Suharto, Amat Pria Darma, Gatot Kustyadji,
Johan Samudra, Rizkan Chandra," kata Agung, di Jakarta, Jumat 23 Januari
2015. (Baca: Rupiah Lesu, Perhatikan Saham-saham Ini)
Adapun Mahendra Siregar diangkat kembali sebagai
Komisaris Utama. Bekas Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tersebut di,
Hadi Waluyo, Muhammad Zaidun, Achmad Jazidie, Marwanto Harjowirjono, Wahyu
Hidayat, Sony Subrata.
Suparni sebelumnya telah ditunjuk sebagai pelaksana tugas
Direktur Utama perusahaan pelat merah tersebut. Pria kelahiran 13 Desember 1958
itu bergabung dengan perseroan sejak 1986. Posisi lain yang pernah dijabatnya
antara lain sebagai Kepala Kompartemen Produksi Pabrik Tuban 2007 dan Kepala
Departemen Pengembangan Perusahaan (2006-2007). (Baca: Pertamina Tunjuk Tiga
Direktur Baru)
Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Produksi II
Pabrik Tuban pada tahun 2002 tersebut merupakan Lulusan Teknik Listrik dari
Institute Teknik Sepuluh November Surabaya.
Sebelumnya, sejumlah analis memperkirakan margin laba
perusahaan semen bakal tertekan sekitar 3,5 persen tahun ini akibat penurunan
harga jual Rp 3.000 per sak. Nilai penurunan itu setara dengan 4-5 persen dari
harga jual sebelumnya di kisaran Rp 60-70 ribu per sak untuk ukuran 50
kilogram. (Baca: Jokowi Turunkan Harga, Pedagang Semen Merugi)
Analis Senior LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo,
memperkirakan margin laba emiten semen akan tergerus karena beban biaya operasi
sulit ditekan. Kondisi itu terjadi karena depresiasi rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat terus berlanjut. "Angka itu adalah dampak pemangkasan
harga jual," ujar Lucky saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Hal ini merespons pengumuman Presiden Joko Widodo soal
penurunan harga semen produksi BUMN sebesar Rp 3.000 per sak, Jumat pekan lalu.
Pengumuman itu berbarengan dengan penurunan harga Premium menjadi Rp 6.600 per
liter dan harga solar menjadi Rp 6.400 per liter. Langkah itu diambil karena
pemerintah ingin mengendalikan laju inflasi dan menggenjot infrastruktur.
Sumber : Tempo, 23.01.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar