KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah
emiten berkapitalisasi pasar besar telah merilis kinerja keuangan 2017.
Sebagian besar emiten mencetak kinerja positif.
Dari 10 emiten terbesar di bursa, PT
Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih menjadi emiten dengan tingkat
profitabilitas paling stabil. Jika ditarik lima tahun ke belakang, margin laba
bersih UNVR tak pernah bergerak jauh. Rentangnya selalu di kisaran 16%–17%.
Lalu, tingkat pengembalian modal
atawa return on equity (ROE) UNVR tercatat paling tinggi. Sejak 2013
hingga 2017, ROE UNVR cenderung meningkat dari semula 130% hingga 141%.
Sementara margin laba bersih PT
Astra International Tbk (ASII)
cenderung turun dalam lima tahun terakhir. Di 2013, margin laba bersih
ASII tercatat 10% dan turun ke 9% per 2017 lalu. Alhasil, ROE perusahaan juga
kini menyusut ke level 16%.
ROE maupun margin laba bersih emiten
bank juga cenderung turun. Contoh, ROE BBRI di 2013 masih 30% dan jadi 18% di
2017.
Kepala Riset Ekuator Swarna
Sekuritas David Sutyanto mengatakan, hal ini disebabkan efek turunnya suku
bunga acuan. Suku bunga yang turun akan menekan laba, yang pada akhirnya
mempengaruhi ROE.
Faktor utang
David menyebut UNVR dan ASII
memiliki karakterisitik permodalan yang berbeda. Apalagi, bisnis ASII terdiversifikasi
di berbagai bidang. "Di bisnis sektor batubara misalnya, cenderung padat
modal," papar dia pada Kontan.co.id, Minggu (4/2).
Di sisi lain, modal kerja UNVR lebih
banyak berasal dari utang ketimbang modal internal. Karena itu, rasio utang
terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) UNVR relatif tinggi.
Selama ini, UNVR memang dikenal
sebagai emiten yang paling maksimal memberikan imbal hasil pada pemegang saham.
Namun, hal ini juga memberikan konsekuensi.
Joni Wintarja, analis NH Korindo Sekuritas,
bilang, UNVR selalu memberi dividend payout ratio mendekati 100%. Tapi, dua
tahun terakhir, DER UNVR terus naik dari 26% pada 2014 hingga 67% pada 2017.
"Jika UNVR tetap membayarkan DPR mendekati 100% dalam dua tahun mendatang,
DER dapat meningkat jadi 91%,"
tulis dia dalam riset 2 Maret.
David menambahkan, dengan struktur
permodalan seperti itu, sejatinya bisnis yang dijalani UNVR tidak semoncer
kelihatannya. "ROE UNVR memang besar karena berasal dari utang, sehingga
pembagi ekuitasnya kecil," jelas David.
Untungnya, UNVR memiliki keunggulan
kompetitif dibanding pesaingnya. Distribusi produk UNVR kuat. Ini membuat
banyak produk UNVR menjadi pemimpin pasar. Karena itu, UNVR bisa menjaga
tingkat margin. David menilai UNVR masih menarik. Dengan modal yang kecil,
tingkat pengembalian laba besar.
David memberi rekomendasi buy saham
UNVR dengan target harga Rp 60.000 per saham. Sementara itu, Joni
merekomendasikan hold UNVR dengan target Rp 49.450 per saham.
Sumber : Kontan, 04.03.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar