Kabar24.com, JAKARTA - Satu demi
satu unicorn terbang keluar dari sangkarnya. Tencent, Weibo, dan
Alibaba sebagai bintang unicorn teknologi telah memberikan imbal hasil
bagi investornya sebesar US$1,4 triliun kecuali rumahnya
sendiri di China.
Ukuran mereka bisa setara dengan
satu banding lima dari jumlah saham yang terdaftar di Shanghai dan Shenzhen.
Belum lagi di masa depan ukuran itu bisa bertambah karena dua dari lima unicorn
di seluruh dunia mengklaim China sebagai rumahnya.
Akan tetapi, abstainnya para unicorn
tersebut di pasar saham negerinya sendiri berpotensi dapat melemahkan kehidupan
pasar saham terbesar kedua di dunia itu. Pasalnya, pemerintah China selama ini
sangat ketat dalam mendata segala sesuatu yang memiliki nilai valuasi tinggi,
apalagi yang tidak memiliki rekam jejak pendapatan.
Kendati demikian, kini kebijakan itu
mulai berubah. Beijing tengah mencari jalan agar perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di luar negeri bisa kembali ke daratan China.
Para pembuat kebijakan kabarnya
tengah mengembangkan teknologi pelacak cepat untuk penerbitan saham perdana (IPO)
tahun ini dan berdiskusi untuk memperbolehkan perusahaan memiiki saham kelas
ganda.
Tugas besarnya adalah membuat pasar
dalam negeri juga menjadi pilihan bagi perusahaan-perusahaan baru nantinya.
Eric Bian, Wakil Direktur Ekuitas Emerging Market Asia
Pasifik JPMorgan Asset Management di
Hong Kong menyampaikan bahwa investor domestik China tidak terlalu bisa
menggenjot perekonomian baru China dan sektor internetnya.
“Regulator harus memikirkan
bagaimana cara mereka melonggarkan aturan untuk generasi unicorn berikutnya
agar mereka mau mendaftar di pasar negaranya sendiri,” katanya seperti dilansir
dari Bloomberg, Jumat (9/3/2018).
Tidak seperti di Eropa, perusahaan
teknologi masih belum terlihat di permukaan, China sudah lebih maju. Lihat saja
kekuatan global seperti Tencent Holdings Ltd yang mampu memberikan investasi
miliaran dolar AS untuk usaha rintisan seperti Megvii Inc., Babytree dan
Ele.me.
Adapun, hal yang kurang dari
struktur regulasi China adalah pemberian kenyamanan bagi perusahaan muda.
Apalagi, calon pendaftar saham di Shanghai dan Shenzhen harus memperlihatkan
keuntungannya sebelum mereka mendaftar. Hal itu sangat berbeda jika
dibandingkan dengan perusahaan AS seperti Twitter Inc atau Box
Inc. yang bahkan sampai sekarang masih melaporkan kerugian.
Oleh karena itu, meningkatnya
kehadiran perusahaan teknologi di pasar ekuitas China juga menjadi topik
berulang yang dibicarakan pekan ini dalam Kongres Rakyat China (NPC).
Fokusnya adalah untuk meningkatkan
dukungan terhadap perusahaan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam
tiga tahun ke depan perekonomian China iduga akan melambat.
Hao Hong, Chief Strategist Bocom International Holdings
Co., di Hong Kong menyampaikan telah
ada perubahan dalam kebijakan Negeri Panda untuk menghadapi saham perusahaan
teknologi.
“Prioritas penting dalam agenda para
pembuat kebijakan adalah cara meyakinkan pengusaha muda dan pengembang
teknologi untuk dapat memperbaiki perekonomian,” katanya.
Sun Jianbo, Presiden Direktur China Vision Capital menambahkan, jika mendapatkan raksana seperti Tencent
atau Alibaba kembali ke negerinya, maka pasar daratan China akan mendapat
kemenangan besar. Sehubungan dengan investor di seluruh dunia tengah mengantri
di belakang segala sesuatu yang berbau teknologi.
Sekadar informasi, dengan reli
melebihi 200% pada Weibo Corp., Alibaba dan Sina Corp. telah menguntungkan
trader di New York. Sementara China hanya bisa memandang indeks Nasdaq
Composite mencatatkan rekor, mencapai 73% setelah posisi terendahnya pada Februari
2016.
Sumber : Bloomberg – Bisnis Indonesia,
09.03.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar