Bisnis.com, JAKARTA - Dalam rangka
meningkatkan LPI (Logistics Perfomance Index) dan EoDB (Ease of Doing Business),
Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) berharap sistem Smart
Port atau Pelabuhan Pintar semakin dipertajam.
Selain itu, sistem ini diharapkan
dapat digunakan oleh para anggotanya untuk membawa kemudahan pada era
digitalisasi.
“Pengembangan konektvitas sistem
Smart Port akan memberikan akses kepada lebih dari 53 pelayaran ocean going
termutakhir dengan jadwal kedatangan dan keberangkaran kapal unlimited
dari 130 negara terhubung dengan manifest Jepang, AS, Kanada track and trace
container,” ujar Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi seperti dikutip,
Selasa (6/3/2018).
Adapun, manfaat lainnya sambung
Yukki, pengguna bisa memesan slot kapal yang dituju beserta pengajuan pembuatan
dokumen pengapalannya. Menurut rencana, sistem Smart Port akan di prelaunch
pada akhir Maret atau paling lambat awal April 2018.
“Sistem Smart Port akan dapat
diakses melalui website ALFI yang saat ini dikembangkan agar menjadi lebih
komunikatif. Serangkaian uji coba juga sedang dilaksanakan sebelum sistem
tersebut bisa diluncurkan akhir Maret 2018,” ujarnya.
Lebih lanjut, Yukki mengkritisi
kurang tegasnya koordinasi pemerintah terkait dengan pelaksanaan PM
120/2017 mengenai pelayanan pengiriman pesanan secara elektronik (delivery
order online) untuk barang impor di pelabuhan.
Dia menilai masih terdapat
pihak-pihak yang menjalankan sistem secara parsial. Padahal, menurutnya,
integrasi merupakan sistem yang akan membawa kemudahan bagi pemerintah maupun
para pelaku usaha logistik.
Integrasi, ujarnya, merupakan
keniscayaan yang akan membawa kemudahan bagi pemerintah dan pelaku usaha
logistik yang tentunya akan menjadi referensi sumber data bagi pihak pemerintah
untuk tujuan efisiensi pelabuhan dan logistik.
"[Semua] tergantung pemerintah
apakah ingin memaksimalkan sistem ini atau hanya berkutat di birokrasi dan
regulasi.”
Sumber : Bisnis Indonesia, 06.03.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar