KONTAN.CO.ID
- JAKARTA. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyatakan sektor
logistik bergerak minus 30,84% pada kuartal II 2020 karena pandemi. Ketua Umum
ALFI, Yukki Hanafi menambahkan, hal ini terjadi salah satunya karena sektor
logistik yang menggunakan pesawat atau biasa disebut airtransport mengalami
penurunan yang dalam.
"Untuk
kinerja transportasi forwarding dan warehouse menurun sampai minus 30,84% di
kuartal II 2020. Ini juga terjadi di manufaktur," jelas Yukki dalam acara
The 2nd MarkPlus Industry Roundtable Logistics Industry Perspective pada Selasa
(20/10) yang digelar virtual.
Namun
demikian, Yukki berkata sektor logistik akan kembali rebound di pasar domestik
pada 2022 dan pasar internasional bangkit pada 2024.
Selain
itu dengan baru akan kembali normalnya logistik internasional pada 2024, Yukki
menyatakan bahwa salah satu solusi terdekat adalah menyasar pasar Asia
Tenggara. Ha Ini harus coba dilakukan pemain-pemain nasional mengingat pada
2025 akan ada skema borderless di antara negara-negara Asia Tenggara, sehingga
pasarnya semakin terbuka tapi juga kompetitif.
"Pekerjaan
rumah yang harus dibenahi kalau mau ekspansi dan bersaing itu seperti perbaikan
bagaimana promosi layanan. Perbaikan packaging juga mutlak dilakukan karena
setelah dianalisis, itulah salah satu kelemahan kita. Itu yang harus
diperbaiki, termasuk juga dukungan penuh pemerintah. Serta tentu saja
digitalisasi," kata Yukki.
Yukki
menilai, industri logistik, terutama logistik udara, memang membutuhkan waktu
lama untuk bangkit. Saat ini saja, pengiriman barang lewat udara tersebut turun
mencapai 80,23%.
Aksi rebound tersebut juga terganjal dengan kebijakan lockdown yang berbeda di tiap negara, sehingga mempengaruhi pengiriman barang ke luar negeri. "Kondisi logistik udara tersebut tentu saja mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan," sambung dia. Ia memprediksi baru pada 2021 akan masuk proses recovery selaras dengan perbaikan yang terjadi di industri pariwisata.
Sebagai
strategi ke depan, Yukki menyatakan akan fokus pada kesempatan meningkatkan
kualitas dan mengeluarkan inovasi di berbagai lini. Contohnya seperti mendukung
packaging yang lebih bersih dan sehat dalam inovasi nilai, lalu bekerjasama
dengan pihak lain mengeluarkan layanan hotel, food delivery, grocery go online,
hingga berkolaborasi dengan brand, cloud kitchen, crowd scientist dan komunitas
driven delivery.
"Jadi
kami melihat ini sebagai sebuah kesempatan baru lagi untuk berkolaborasi dan
bekerjasama dengan pihak lain. New normal menjadi new opportunity," tutup
dia.
Sumber : Kontan, 21.10.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar