JAKARTA, KOMPAS.com - Berita mengejutkan tentang masalah utang Dubai mengangkat ketakutan akan kembalinya hari-hari paling gelap krisis keuangan karena pasar jatuh di seluruh dunia.
Pasar di Asia, Eropa dan Amerika Serikat tersandung karena kekhawatiran utang buruk meningkatkan kekhawatiran baru bagi perekonomian dunia setelah guncangan permintaan Dubai untuk menangguhkan pembayaran kembali pinjaman utamanya.
Investor terguncang, menahan napas pada Jumat (27/11) untuk melihat apakah pengumuman tak terduga dari salah satu Emirat Teluk yang sedang "booming" sekali akan memicu bahaya bagi ekonomi dunia, mirip dengan runtuhnya Lehman Brothers.
Kematian bank investasi AS pada September 2008 mengirimkan gelombang mengejutkan ke seluruh dunia dan menggembar-gemborkan fase awal yang paling menyakitkan krisis keuangan global.
Tetapi analis mengecilkan kekhawatiran tersebut. Menurut mereka permintaan Dubai World, untuk menangguhkan pembayaran utang selama enam bulan, hanya merupakan tanda sebuah akhir untuk pemulihan perekonomian global yang rapuh.
Adarsh Sinha, dari Barclays Capital, mengatakan peristiwa dramatis tahun lalu membuat para pembuat kebijakan lebih siap. "Pertanyaannya adalah apakah ini akan menjadi pengulangan (kuartal keempat 2008) atau menjadi lebih singkat, koreksi lebih ramah," kata Sinha.
Disebutkannya, perbedaan utama antara sekarang dan kemudian adalah bahwa kebijakan otoritas lebih banyak menjaga untuk mencegah peristiwa pasar keuangan dari bangkitnya risiko sistemik.
"Masalah-masalah Dubai yang berkaitan dengan runtuhnya pasar properti daripada krisis keuangan baru," kata analis dari Capital Economics dalam sebuah catatannya.
"Meskipun demikian, mereka adalah sebuah peringatan bahwa ekses warisan utang berat ekonomi masa lalu akan berlama-lama selama bertahun-tahun yang akan datang," kata mereka. Analis lainnya mengecilkan prospek gelombang mengejutkan itu menyebar keluar dari Dubai.
John Sfakianakis, dari Calyon, mengatakan investor internasional memiliki "kepercayaan asli" di kawasan. "Kualitas kredit hanya merosot tidak menjadi masalah di Arab Saudi, Abu Dhabi dan Qatar dan kami berharap bahwa dalam jangka pendek, investor akan tenang," katanya.
Namun masih ada banyak kekhawatiran, tentang eksposure bank-bank besar internasional, khususnya di Inggris, ke keuangan bermasalah Dubai. Eksposur langsung bank-bank Eropa ke Dubai, menurut Credit Suisse, terbatas hanya 13 miliar dollar AS (8,7 miliar euro).
Tapi Luis Costa dari Commerzbank mengatakan guncangan dapat menyebabkan bank untuk memikirkan kembali investasi mereka, memproyeksikan "yang berpotensi sistemik memukul aliran modal global ke emerging market."
Namun demikian, Kit Juckes, kepala ekonom dari ECU, melihat bahaya kecil dalam jatuhnya pasar menyusul berita dari Dubai.
"Saya melihat Dubai lebih sebagai katalis untuk posisi pasar yang harus diambil dari bursa saham yang terlalu panas (overheated), daripada sebagai momen yang menentukan dalam kecenderungan tahun ini," katanya.
"Dubai adalah satu bubble (gelembung) yang mati. Di tempat lain begitu banyak konstruksi berlebihan," tambah Juckes.
Sementara PM Inggris Gordon Brown, mengakui meski kegagalan utang di Dubai menjadi problem, namun perekonomian dunia akan cukup kuat untuk mengatasinya.
"Pandangan saya, sistem keuangan dunia lebih kuat sekarang dan dapat mengatasi problem yang timbul," kata Brown kepada wartawan saat kunjungan ke pertemuan puncak para pemimpin negara-negara Persemakmuran.
"Sementara hal ini merupakan langkah mundur, saya pikir ini bukan dalam skala problem seperti yang lalu. Saya pikir pemulihan dunia telah bergantung pada aksi moneter dan stimulus fiskal."
Ia mengatakan dirinya telah berbicara dengan para tokoh di Dubai awal pekan ini dan mereka masih berharap bisa melanjutkan proyek infrastruktur di Inggris.
"Sebagai contoh, proyek Dubai untuk pembangunan pelabuhan-pelabuhan di Inggris, mereka tetap ingin secara penuh melanjutkannya," kata Brown.
Sumber : ANT-AFP-Kompas, 29.11.09.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar