PURBALINGGA, KOMPAS.com — Pasokan listrik yang minim membuat calon investor industri tapioka asal Korea Selatan, Han Jung, menunda penanaman modalnya di Purbalingga.
Padahal, Han Jung telah menyiapkan lahan dan mesin-mesin produksinya di lokasi yang akan dijadikan pusat industri tapioka tersebut.
"Konfirmasi terakhir ke kami, pihak Han Jung belum dapat memulai investasinya karena pasokan listrik yang kurang. Kalau menggunakan solar, secara ekonomis mereka akan rugi. Jadi, masalah ini benar-benar membuat repot investasi," ujar Bupati Purbalingga Triyono Budi Sasongko kepada Kompas, Kamis (19/11).
Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah meminta Departemen Perindustrian memfasilitasi terjaganya komitmen bisnis Han Jung di Purbalingga.
Namun, setelah dilakukan pendekatan, pihak Han Jung belum sepakat karena masalah utama adalah pasokan listrik yang belum mampu disediakan secara optimal.
"Kami sudah meminta penjelasan ke PLN dan memang pasokan yang dibutuhkan belum dapat dipenuhi. Kami pun tak bisa berbuat banyak," kata Triyono.Sedianya, Han Jung akan mengolah tapioka dengan memanfaatkan 12.000 hektar tanaman singkong di Purbalingga.
Meskipun kaya akan singkong, pemanfaatan komoditas tersebut agar mempunyai nilai ekonomi tinggi masih minim. Para petani singkong sebagian besar hanya menjual hasil panen tanpa pengolahan.
Akibatnya, harga jual sangat rendah. Satu kilogram singkong hanya senilai Rp 1.000.Sejumlah industri kecil yang mengolah singkong menjadi tepung tapioka sebenarnya mulai tumbuh. Namun, kapasitas produksi masih rendah.
Minimnya alat produksi, modal, dan pengetahuan pemasaran membuat industri kecil ini belum mampu menyerap hasil panen singkong petani dalam jumlah besar.
Kepala Kantor Penanaman Modal Purbalingga Budi Susetyo mengatakan, saat ini pekerja Han Jung masih berada di lokasi yang akan dijadikan pabrik, yaitu wilayah Bukateja, Purbalingga.
Namun, dua bulan terakhir tak terlihat lagi ada aktivitas karena terbentur masalah ketersediaan listrik tersebut. "Mereka sebenarnya sudah menyiapkan pabrik dan mesin-mesinnya. Tapi karena pasokan listrik yang tak mencukupi, mereka belum dapat melanjutkannya.
Saya kurang jelas benar, apakah mereka membatalkan atau menghentikan sementara," kata dia. Purbalingga merupakan salah satu tujuan investasi utama di wilayah Jateng bagian barat.
Etos kerja masyarakat yang tinggi, kemudahan birokrasi, dan sumber daya alam yang melimpah membuat banyak investor asing masuk ke wilayah ini, terutama dari Korea Selatan.
Saat ini telah ada 18 investor asing yang mendirikan usahanya di kabupaten ini dengan menyerap sekitar 20.000 tenaga kerja.
Sumber : Kompas, 19.11.09 (editor: Edj).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar