JAKARTA - Proyek kereta api
supercepat Jakarta-Surabaya (Argo Cahaya) belum terbangun, pemerintah malah
ingin membangun kereta supercepat Jakarta-Bandung dengan biaya Rp 58,108
triliun. Oleh karena itu, PT Kereta Api menolak untuk ikut serta dalam proyek
tersebut.
Direktur Utama PT Kereta
Api, Ignatius Jonan mengatakan, pihaknya menilai pembangunan kereta api
supercepat Jakarta-Bandung belum mendesak. Untuk mendongkrak ekonomi nasional,
proyek kereta supercepat Jakarta-Surabaya dipandang lebih penting.
"Menurut saya itu (kereta supercepat Jakarta-Bandung) baru akan menjadi
kebutuhan mendesak kalau pendapatan per kapita masyarakat sudah di atas USD 10
ribu," ujarnya, Selasa (20/3).
Pria kelahiran Surabaya ini
mengaku PT KA tidak akan membiayai proyek tersebut karena nilainya besar dan
kurang ekonomis. "Penumpang kereta Jakarta-Bandung hanya sekitar 4.000
penumpang per hari. Artinya, kalau harga tiket tidak Rp 500 ribu, investasi
tidak akan untung. Padahal untuk tarif nanti kan diatur pemerintah. Jadi saya
lebih menyarankan pemerintah dan swasta yang membangun," sebutnya.
Sebelumnya, pejabat Bappenas
mengatakan akan memprioritaskan proyek kereta api supercepat Jakarta-Bandung
daripada Jakarta-Surabaya karena biayanya lebih murah dan jaraknya lebih
pendek. Dengan kereta supercepat Jakarta-Bandung itu, waktu tempuh
Jakarta-Bandung dengan kereta bisa dipangkas dari sebelumnya tiga jam menjadi
45 menit.
Dirjen Perkeretaapian Kementerian
Perhubungan Tundjung Inderawan mengakui adanya rencana pembangunan kereta api
super cepat Jakarta-Bandung sejauh 144 kilometer itu. Biaya yang dibutuhkan
diperkirakan mencapai Rp 58,108 triliun."Itu nanti bisa dengan skema PPP
(public private partnership). Kita belum tahu porsi (pemerintah) berapa),"
ujarnya.
Namun supaya proyek kereta
supercepat Jakarta-Bandung itu bisa diminati investor, Tundjung berharap porsi
pemerintah bisa lebih besar dari swasta. "Supaya bisa valiable dan menarik
investor, tentunya porsi pendanaan pemerintah harus lebih besar. Itu juga
karena kaitannya dengan tarif yang akan ditetapkan pemerintah untuk kereta api
ini," katanya.
Berdasarkan hasil studi
kelayakan awal yang dilakukan MILT (The Ministry of Land, Infrastructur,
Transport and Tourism of Japan) bersama Japan Railway Technical Service (JARTS)
dan Yachiyo Engineering Co. Ltd, kecepatan kereta api ini adalah 210 kilometer
perjam. Dengan begitu jarak Jakarta-Bandung bias ditempuh dalam 45
menit,"Beda dengan kereta sekarang yang 2,5-3 jam," tandasnya.
Berdasarkan kajian,
perkiraan biaya investasi sekitar Rp 52 triliun atau sekitar 90 persen dari
total biaya, yang akan dipakai untuk konstruksi, meliputi pekerjaan sipil dan
pembangunan jalur (track), pembangunan stasiun, penyediaan armada,
pengoperasian dan perawatan. Sementara, 10 persennya atau Rp 6 triliun untuk
biaya konsultasi, pajak, administrasi, dan pengalihan lahan.
Perinciannya, untuk
konstruksi pengerjaan sipil senilai Rp23,62 triliun, konstruksi pengerjaan jalur
kereta Rp3,11 triliun, konstruksi pengerjaan stasiun Rp3,81 triliun, konstruksi
lain-lain Rp12,10 triliun, konstruksi rolling stock Rp3,6 triliun, jasa
konsultan Rp2,31 triliun, pajak Rp1,4 triliun, administrasi Rp2,31 triliun,
akuisisi lahan dan Kompensasi Rp1,6 triliun serta kontinjensi Rp2,13 triliun.
(wir)
Sumber : JPNN, 21.03.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar