JAKARTA: Komisi XI DPR menyetujui rencana privatisasi
tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Kertas Padalarang Persero, PT
Primissima Persero, dan PT Sarana Karya Persero.
Wakil Ketua Komisi XI Zulkieflimansyah menuturkan rencana
privatisasi tiga BUMN itu sebelumnya sudah diputuskan oleh Komisi VI DPR
bersama Menteri BUMN. Oleh sebab itu, Komisi XI DPR memberikan persetujuan
untuk rencana privatisasi tersebut.
"Kami Komisi XI dapat menyetujui rencana privatisasi
tiga BUMN ini," kata Zulkieflimansyah dalam Raker Komisi XI DPR, Rabu
malam (24/10/2012).
Dia menjelaskan saham pemerintah yang ada di Kertas
Padalarang akan didivestasi melalui mekanisme "strategic sales"
kepada Perum Peruri. Saham pemerintah yang juga terdapat pada Primissima akan
didivestasi kepada GKBI, sedangkan saham pemerintah yang berada di Sarana Karya
akan diambilalih oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
"Namun, terkait dengan persetujuan tersebut, untuk
privatisasi Sarana Karya, Komisi XI meminta agar Wijaya Karya bekerja sama
dengan Pemerintah Daerah Buton setelah merealisasikan akuisisi tersebut,"
tuturnya.
Sementara anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDIP Indah
Kurnia menilai bahwa banyak BUMN yang tidak efisien dan tidak efektif sehingga
membutuhkan langkah privatisasi serta tambahan modal.
"BUMN kalah dengan swasta, di mana masih sulit
mendapatkan bahan baku sehingga membuat marjinnya negatif. Tolong diperbaiki ke
depannya," ujar Indah pada kesempatan yang sama.
Dia mengharapkan
Menteri BUMN Dahlan Iskan dan menteri terkait memperhatikan pola hidup direksi
BUMN dengan cara direksi tersebut menjalankan perusahaannya.
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PAN Laurens Bahang Dama
menjelaskan Pemda Buton memberikan rekomendasi terkait akuisisi Sarana karya
yang dilakukan oleh Wijaya Karya agar WIKA dapat bekerja sama dengan Pemda
Buton.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyambut gembira
persetujuan privatisasi untuk tiga BUMN tersebut. Ia turut mendukung program
privatisasi yang digulirkan oleh Kementerian BUMN.
Ia mengatakan, saham pemerintah sebesar 100% yang berada
di Sarana Karya nantinya diambil alih oleh BUMN lain, yakni WIKA. Hal ini
dilakukan karena dalam 5 tahun terakhir Sarana Karya memiliki ekuitas negatif serta
mengalami kerugian sehingga sulit untuk mendapatkan pendanaan.
Selanjutnya, saham pemerintah sekitar 52,79% yang
terdapat pada Primisissima akan dialihkan kepada GKBI.
"Kami ingin sampaikan rekomendasi di mana kondisi
mesin sudah tua dan butuh perbaikan sehingga memberikan hasil yang tidak
maksimal bagi Primissima," tutur Agus.
Agus melanjutkan Primissima sering mengalami
keterlambatan produksi, pemasaran dan ekspor yang terus menurun, serta adanya
persaingan dari negara tetangga yang berpengaruh terhadap permintaan pasar
Primissima. Bahkan, marjin yang negatif karena perusahaan mengalami kerugian
pada periode 2006-2009.
Selanjutnya, saham pemerintah sebanyak 7,74 persen yang
terdapat pada Kertas Padalarang akan diambilalih oleh Peruri. Secara umum,
kondisi yang dihadapi oleh Kertas Padalarang adalah mesin yang sudah tua,
perusahaan yang membutuhkan modal, serta pemasaran yang terus menurun dari
tahun ke tahun.
"Untuk itu, perusahaan membutuhkan mitra strategis
untuk mempertahankan penjualannya," ungkapnya.(Antara/bas)
Sumber : Bisnis Indonesia, 24.10.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar