TEMPO.CO, BALI – Tiga proyek prioritas akan
mengintegrasikan transportasi di kawasan ASEAN. Menteri Perhubungan E.E.
Mangindaan mengatakan tiga proyek tersebut adalah jejaring jalan tol ASEAN,
jejaring rel Kunming Singapura, dan master planstudi kelayakan pengembangan
jejaring perhubungan laut dan pengiriman jarak pendek.
“Semua upaya ini akan secara otomatis mendorong realisasi
komunitas ekonomi ASEAN pada 2015,” kata Mangindaan di Bali, 26 November 2012.
Menurut dia, proyek jejaring perhubungan laut
dikoordinasikan oleh Indonesia dan Filipina sebagai dua negara dengan karakter
yang sama, yakni negara kepulauan. Implementasi proyek tersebut saat ini berada
di bawah asistensi Agensi Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).
“Kemajuan dari proyek ini akan dilaporkan dalam pertemuan
beberapa hari ini,” ujarnya.
Selain itu, ada beberapa proyek lain di bawah kerja sama
regional yang sedang dalam proses. Mangindaan menjelaskan, proyek itu di
antaranya meliputi kawasan pertumbuhan ASEAN, yakni Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, dan Filipina; segitiga pertumbuhan Indonesia, Malaysia,
dan Thailand, dan sub kawasan Mekong.
Meski demikian dia menegaskan Indonesia akan sangat
berhati-hati meratifikasi setiap perjanjian yang dibahas. Sebab dari sisi
pasar, Indonesia merupakan yang terbesar di bandingkan negara lain di ASEAN.
Sehingga pemerintah akan berupaya perjanjian yang diteken bisa menguntungkan
kedua belah pihak.
“Jangan orang lain siap kita tidak. Jadi harus saling
menguntungkan,” katanya. Jika tidak tercapai kesetaraan yang saling
menguntungkan, kerja sama yang dilakukan akan dimulai dengan bilateral terlebih
dulu.
Mangindaan menambahkan, sektor transportasi yang paling
siap untuk melakukan integrasi adalah maritim dan udara. Pembahasan kerja sama,
termasuk bagaimana pengembangan sektor penerbangan dan kelautan antarnegara
ASEAN, bisa dibuka secara adil.
“Kalau mereka 10 pesawat kemari, kita juga 10 pesawat ke
sana. Kita tawarkan lima bandara utama. Apakah mereka juga menawarkan lima
bandara, itu yang dinegosiasikan,” tutur Mangindaan.
Penyamaan nilai keuntungan juga termasuk dari sisi biaya
dan tarif. Ia menjelaskan, jika nilai tarif dan biaya berbeda, akan ada negara
yang diuntungkan dan dirugikan, sehingga akan dinegosiasikan bagaimana agar
tarif dan biaya menjadi sama-sama kompetitif dan memperoleh potensi pasar yang
sama.
“Ini bukan liberalisasi sektor penerbangan, tapi kita
buka dengan cara bekerja sama, karena harus win-win,” ujarnya.
Sebelumnya, pembahasan protokol transportasi ASEAN telah
dibahas di Kamboja pada tahun lalu. Beberapa bulan lalu, kelompok kerja yang
membahas konektivitas transportasi ASEAN juga digelar di Bandung. Dalam dua
hari ini, jajaran pejabat kementerian transportasi masing-masing negara ASEAN
melakukan pembahasan di Bali. Hasil dari pertemuan di Bali akan dibawa pada
pertemuan tingkat menteri pada 29 November mendatang.
Sumber : Tempo, 26.11.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar