Seorang pria berjalan di That Luang
Stupa, Vientiane, ibukota Laos. Menurut IMF, tahun ini Laos akan mengukuhkan
catatan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan yaitu sebesar 8.3%.
Kuis singkat: Negara Asia Tenggara
mana yang mungkin memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat tahun ini?
Apakah Indonesia, kekuatan ekonomi
baru Asia Tenggara? Myanmar, yang menjadi favorit investor bulan ini karena
telah membuka pasarnya terhadap negara Barat? Atau Thailand, yang ekonominya
pulih setelah diterjang banjir besar tahun lalu?
Semua jawaban tersebut salah. Laos
adalah jawaban yang benar, negara yang selama bertahun-tahun dianggap terlalu
kecil, rumit, dan aneh sehingga tidak menarik investor asing besar.
Tak ada negara yang kebal dan tidak
terpengaruh dengan perlambatan ekonomi global. Namun ekonomi Laos melaju dengan
pertumbuhan mengesankan sebesar 8,3% di tahun 2012. Data yang dihimpun Dana
Moneter Internasional (IMF) itu, menempatkan Laos sebagai yang teratas di Asia
Tenggara. Kamboja sedang mengejar peringkat kedua dengan pertumbuhan ekonomi
6.5%, diikuti Myanmar sebesar 6.2%. Sementara Indonesia dan Thailand
diperkirakan memiliki angka pertumbuhan yang sama.
Namun angka pertumbuhan 8,3% tidak
serta merta menarik menarik hati investor. Laos, yang tidak berbatasan dengan
laut, adalah negara Asia Tenggara dengan ukuran ekonomi terkecil sehingga lahan
bisnis yang tersedia terbatas, begitu pula dengan infrastruktur seperti
jalan raya dan rel kereta api. Minimnya tenaga ahli menambah kesulitan
tersendiri bagi perusahaan manufaktur besar untuk berinvestasi di Laos.
Pertumbuhan ekonomi Laos yang kuat
tahun ini seakan menegaskan tren jangka panjang negara tersebut yang secara
konsisten memiliki catatan pertumbuhan bagus dengan rata-rata 7% per tahun
selama 10 tahun terakhir. Meskipun masih menjadi negara komunis, sejak tahun
1980-an, Laos memiliki perekonomian liberal yang terbukti meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Pertambangan, pembangkit energi
tenaga air, dan konstruksi menyumbang sebagian besar pertumbuhan ekonomi Laos,
yang mampu bertahan di tengah krisis Eropa serta menurunnya jumlah ekspor
beberapa negara Asia Tenggara. Namun beberapa ekonom khawatir ketergantungan
Laos terhadap ketiga sektor tersebut terlalu berlebihan.
Jumat nanti Laos berharap diterima
menjadi anggota Organisasi Buruh Dunia (WTO) yang dapat membantu Laos menarik
banyak investor asing, termasuk industri manufaktur yang berhasil
mengubah wajah perekonomian beberapa negara Asia Tenggara. Pemerintah Laos
terutama mengharapkan investasi berupa industri garmen yang membantu
tetangganya, Kamboja, menciptakan puluhan ribu lapangan kerja.
Dampak pertumbuhan ekonomi yang
mencolok mulai tampak belakangan ini. Mobil mewah seperti Cadillac, Mercedes
Benz, dan setidaknya satu Ferrari terlihat di jalanan Vientiane. Restoran
sushi, hotel kelas atas dan wine bar marak ditemui di Laos.
A.Barend Frielink, wakil direktur
Asian Development Bank (ADB) di Vientiane, Laos, mengaku ia hampir tertabrak
mobil mewah Bentley baru-baru ini. “Laos secara tiba-tiba memiliki banyak
uang,” ujarnya. Para ekonom tidak memiliki penjelasan yang memuaskan
mengenai tingkat konsumsi warga Laos ini.
Salah satu kemungkinan adalah
lonjakan pembangunan di Vientiane beberapa tahun terakhir, seperti proyek
raksasa pembangunan hotel-hotel baru dan perbaikan jalan. Beberapa analis juga
menunjuk perolehan pendapatan dari kegiatan ilegal seperti narkoba dan
penebangan hutan, meskipun pendapatan Laos dari sektor legal lainnya lebih
banyak seperti pertambangan yang memicu kenaikkan tingkat konsumsi masyarakat.
Menurut Frielink, perubahan
telah dimulai di Laos. “Setiap hari saya melihat mobil mewah baru di jalan,”
tambahnya.
Sumber : TWSJ, 28.10.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar