Bisnis.com,
JAKARTA - Pelabuhan Tanjung Priok menggenjot efisiensi semua lini kegiatan jasa
kepelabuhanan dengan menerapkan tehnologi dan informasi (IT) yang terintegrasi
dengan seluruh instansi terkait guna memberikan efisiensi layanan logistik
menghadapi Asean Economic Community
(AEC) 2015.
General Manager Pelindo II Tanjung Priok Ari Henryanto
mengatakan, pada 2014 semua lini kegiatan jasa kepelabuhanan berbasis IT di
Pelabuhan Tanjung Priok telah siap diimplementasikan untuk memenuhi tuntutan
pengguna jasa pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
“Sudah siap (mengarah) kesana, kami juga berkomitmen
menyediakan layanan logistik di pelabuhan yang tepat waktu dan efisien,”
ujarnya kepada Bisnis, Jumat (27/12).
Dia mengatakan sistem IT itu juga meliputi berlakunya
single billing untuk semua jenis pelayanan kapal serta bongkar muat barang
maupun peti kemas di terminal 1,2 dan 3 dermaga konvensional atau multipurpose
Pelabuhan Tanjung Priok.
Ari berharap, semua pelaku usaha logsitik termasuk
perusahaan eksportir dan importir di Pelabuhan Tanjung Priok mendukung program
efisiensi layanan pelabuhan yang terintegrasi dengan sistem IT tersebut.
“Kami sudah beberapa kali bertemu dengan stakeholders di
pelabuhan Priok, bahkan saat ini sudah ada port community yang didalamnya juga
bergabung unsur pelaku usaha untuk memberikan masukan bagi pengembangan
pelabuhan Priok,” tuturnya.
Dia juga mengungkapkan, program penataan lahan untuk
memperbesar kapasitas tampung penumpukan barang dan peti kemas di Pelabuhan
Priok masih akan dilanjutkan pada 2014.
Sekjen Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia
(Ginsi) Achmad Ridwan Tento mengatakan, mendukung implementasi single billing
di Pelabuhan Tanjung Priok karena dapat memberikan kepastian dunia usaha.
Menurut Ridwan, diperlukan langkah konkret dalam
menghadapi AEC 2015 sehingga tercapai kesamaan visi dan misi untuk
mengefisiensikan layanan jasa kepelabuhanan di tanah air termasuk di Pelabuhan
Tanjung Priok.
Ginsi, kata dia, sudah
merekomendasikan enam langkah
yang mesti segera dilaksanakan oleh pemerintah guna mendukung percepatan dan
kelancaran arus barang di pelabuhan serta mengefisiensikan ongkos logistik
menghadapi AEC 2015.
Ke enam langkah itu, kata dia, al; menciptakan visi yang
sama untuk menghadapi AEC 2015, kepastian hukum dunia usaha melalui regulasi,
menertibkan tarif liar di pelabuhan, penggunaan mata uang rupiah dalam jasa
kepelabuhanan, peremajaan armada angkutan barang dan peti kemas, serta
melibatkan Ginsi dalam setiap pembahasa regulasi di bidang importasi.
“Rekomendasi itu
merupakan hasil Rakernas Ginsi baru-baru ini, dan sudah kami sampaikan
kepada pemerintah serta isntansi terkait,” ujarnya dihubungi Bisnis hari ini,
Minggu (29/12).
Ridwan mengatakan, sejak terjadinya pelemahan nilai mata
uang rupiah terhadap dollar AS, kegiatan importasi di seluruh pelabuhan
mengalami penurunan rata-rata 5-10%. “Di Pelabuhan Priok saja kegiatan
importasi turun 8%,” paparnya.(K1)
Sumber : Bisnis Indonesia, 29.12.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar