Bisnis.com, DUBAI -- Angka inflasi Iran merosot ke level terendah selama dua tahun
pada Februari 2014, mengindikasikan kesuksesan Presiden Hassan Rouhani yang
berkomitmen untuk menurunkan biaya hidup.
Bank sentral Iran mencatat harga konsumen meningkat 23% pada Februari 2014
dari periode yang sama tahun lalu, lebih rendah dibandingkan kenaikan Januari
2014 yaitu 29%.
Tingkat inflasi turun di 9 dari 10 kategori, termasuk pakaian, makanan, dan
transportasi.
Setelah terpilih menjadi Presiden pada Juni lalu, Rouhani berjanji akan
mengakhiri masa isolasi ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengurangi
tekanan harga.
Selama 100 hari pertama menjabat sebagai Presiden, Rouhani menggebrak
tradisi dengan menelepon Presiden Amerika Serikat Barack Obama terkait program
nuklir Iran.
Data ekonomi pada Februari tahun ini membuktikan komitmennya untuk
memangkas inflasi di bawah 25% hingga Maret 2015.
“Ada semacam optimisme di Iran dan beberapa orang tidak menunjukkan
kepanikan, misalnya berupa praktik penimbunan,” ujar Sam Wilkin, analis Control
Risks Group di Dubai, Minggu (30/3/2014).
Meski begitu, Wilkin mengatakan banyak orang masih ragu dan tidak yakin
bahwa kesepakatan akan menghasilkan pembukaan ekonomi yang komprehensif.
Rouhani mewarisi masa resesi ekonomi Iran dan penekanan atas sanksi
internasional, serta utang senilai US$67 miliar dari Presiden terdahulu Mahmoud
Ahmadinejad.
Sanksi internasional Iran dan warisan utang memukul ekonomi, bahkan, ketika
negara penghasil minyak itu mampu menghasilkan US$600 miliar dari penjualan
minyak sepanjang masa jabatan Ahmadinejad.
Sumber : Bisnis Indonesia, 30.03.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar