Bisnis.com, JAKARTA - Para pelaku industri kemasan
didorong memaksimalkan segmen usaha kecil dan menengah lantaran potensinya
besar dan terus berkembang.
Optimalisasi pada segmen pasar ini bakal memacu
pertumbuhan industri kemasan pada 2020 yang diperkirakan mencapai kisaran 6% -
7%.
Hengky
Wibawa, Ketua Federasi Pengemasan Indonesia,
mengatakan saat ini industri kemasan dominan di Pulau Jawa, khususnya di
Jabodetabek dan Surabaya. Industri kemasan di luar wilayah itu, katanya, juga
bertumbuh, tetapi masih menyisakan peluang di sektor UKM.
Menurutnya, potensi itu kian signifikan dan perlu
dioptimalkan pada 2020. "Karena yang belum digarap itu satu pasar UKM,
seperti di Sulawesi, wilayah Nusa Tenggara, dan juga bahkan Bali," ujarnya
kepada Bisnis, baru-baru ini.
Guna memanfaatkan ceruk pasar itu, Hengky mengakui bahwa
pelaku industri kemasan dihadapkan pada sebuah kendala, yakni volume permintaan
yang kecil dari setiap UKM, kendati secara keseluruhan nilainya besar.
Volume permintaan dalam jumlah kecil yang datang dari UKM
dinilai membutuhkan biaya logistik yang besar. menilai pelaku industri kemasan
perlu memanfaatkan penerapan teknologi informasi.
"Kami harus memikirkan cara mendorong industri
dengan e-commerce dan juga pemanfaatan IoT [internet of things]. Ini memang era
kolaborasi," ujarnya.
Hengky mengakui bahwa pihaknya mematok target konservatif
pada 2020 di tengah upaya pembaruan mesin produksi untuk memenuhi perubahan
gaya hidup konsumen.
Federasi Pengemasan Indonesia mematok target pertumbuhan
sekitar 6% - 7% sepanjang 2019. Menurutnya, realisasi pertumbuhan pada kisaran
itu hampir terjadi di semua subsektor industri pengemasan.
Sumber : Bisnis, 20.12.19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar