Indopos.co.id – Adanya pandemi COVID-19 membuat orang lebih banyak beraktivitas di dalam
rumah. Bagi sebagian besar orang kondisi saat ini sungguh membosankan. Tapi
tidak bagi beberapa orang. Berdiam diri di rumah just ru menjadi momentum
menangkap peluang bisnis baru. Ya, ada orang yang akhirnya jadi pengusaha
masker kecilkecilan.
Ada juga yang hobi masaknya
dijadikan produk kuliner yang bisa dijual. Menariknya, ada juga sebagian kecil
orang yang jadi alih pro fesi sebagai petani. Petani di kota, dengan lahan
terbatas. Ternyata konsep pertanian hidroponik yang menjadi inti dari urban
farming (pertanian perkotaan) makin dilirik dan dikembangkan menjadi usaha
pertanian.
Karena ternyata, bertani di
pekarangan yang sempit bisa menghasilkan produksi sayur mayur yang tidak hanya
bisa dikonsumsi sendiri, tapi juga melimpah untuk dijual.
”Kalau saya nggak perlu beli
perlengkapan pipa untuk hidroponik. Saya manfaatkan botol bekas air minum. Asal
ra jin perawatan, kurang dari se bulan sudah bisa panen,’’ aku Fanny, salah
satu warga Jakarta Selatan.
Urban farming merupakan suatu
gerakan yang mulanya dilakukan di Amerika Serikat sebagai upaya pengendalian
kondisi ekonomi yang membuat harga sayuran mahal. Kala itu, AS da lam kondisi
perang dunia. Pengelolaan lahan yang semula minimalis diubah menjadi lahan
produktif sehingga dapat mendukung terealisasinya pembangunan berkelanjutan dan
ekonomi berkelanjutan.
Menteri
Pertanian Syahrul Yasin Limpo
mengaku melihat minat masyarakat terhadap konsep urban farming. Dia mengatakan,
dengan memanfaatkan lahan yang ada, maupun menanam dalam pot atau polybag, akan
membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sayuran. Sehingga mengurangi
pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dapur.
Founder
Smart Hydroponic Indonesia Ronny Tanumihardja menjelaskan, teknik menanam dengan cara hidroponik
sebenarnya bukan hal yang baru. Sudah ada sejak tahun 1980-an.
‘’Salah satu putri Soeharto
(Presiden ke dua RI) ada yang kuliah di IPB (Institut Pertanian Bogor) dan
sudah mulai buat kebun. Tapi tidak memasyarakat karena akses teknologi dan
informasi tentang belajar masih susah kecuali pemerintah punya wellness-nya,’’
ujarnya, akhir pekan lalu.
Kini, pertanian perkotaan itu
mulai berkembang, karena masyarakat mudah mengakses ilmu via internet.
‘’Sekarang siapapun bisa belajar
dari internet. Baru mulai pertanian hidroponik ini laku di Indonesia,”
sebutnya.
Kenapa pertanian hidroponik jadi
berkembang pesat?
‘’Karena sekarang orang semakin
aware pentingnya mengonsumsi makanan sehat. Lantas orang juga belajar bagaimana
menanam sayur tanpa pestisida. Muncul istilah sayur organik,” paparnya.
Dia mengatakan, hidroponik
berkembang pesat karena awareness terbangun dan kebutuhan meningkat.
‘’Orang cari sayur sehat atau
organik harganya lebih mahal. Akhirnya orang berpikir lebih baik tanam
sendiri,” imbuhnya.
Menurutnya pertanian hidroponik
sangat pas untuk dikotakota besar. Dia pun mengusung istilah smart urban
farming.
”Kota besar, lahan sempit jadi
harus punya teknologi yang mendukung. Tidak perlu kayak petani
nyangkul-nyangkul, tapi cuma kontroling,’’ terangnya.
Hidroponik, jelasnya, benihnya
sama dengan konvensional. Yang membedakan adalah metode penanamannya.
‘’Intinya mudah, murah, hasil
melimpah, dan menyenangkan,” tutupnya.
Sumber : indopos, 14.07.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar