KONTAN.CO.ID - PARIS. Pengiriman
pesawat Airbus turun menjadi hanya 196
unit pesawat pada paruh pertama tahun
ini. Di periode sama tahun lalu, Airbus mampu
mengirim sebanyak unit 389
pesawat.
Reuters, Minggu (19/7), melaporkan, penurunan tersebut
terhambat oleh lesunya permintaan pesawat baru akibat wabah corona, yang
menyebabkan terhentinya industri penerbangan untuk durasi yang panjang.
Pandemi corona juga menghancurkan
harapan produsen pesawat ini untuk menembus rekor produksi di tahun depan.
Sebagai informasi, Airbus melaporkan 365 pesanan kotor di semester I 2020 atau
289 pesanan bersih setelah menanggalkan pembatalan.
Bukan cuma Airbus, Boeing Co juga
kehabisan ruang untuk menyimpan seri 787 Dreamliners yang baru saja dibangun.
Melansir Bloomberg, lusinan pesawat Boeing itu hanya diparkir di
lapangan penerbangan perusahaan, menurut orang-orang yang mengetahui hal
tersebut.
Uresh
Sheth, seorang blogger yang meneliti
seputar dunia aviasi mengatakan, setidaknya ada 50
pesawat Boeing menganggur di
lapangan udara dekat pabrik Boeing di wilayah Washington dan South Carolina.
Jumlah tersebut, dua kali lipat lebih banyak dari jumlah pesawat yang biasanya
menunggu pelanggan di sepanjang jalur penerbangan Boeing.
Ini tentu membawa keuangan Boeing
ke dalam masalah, apalagi setelah merosotnya permintaan sekaligus anjloknya
finansial perusahaan setelah Boeing Max dilarang dari penerbangan komersial
pada Maret 2020 akibat dua kecelakaan fatal.
Padahal Boeing 787 Dreamliners
digadang-gadang akan menjadi salah satu penopang kinerja, serta membantu
menutup pengeluaran biaya sebesar US$ 20 miliar akibat kasus Boeing Max.
"Beberapa tahun ke depan akan menjadi sangat sulit untuk bisnis
pesawat," ujar George
Ferguson, analis Bloomberg Intelligence, Minggu (19/7).
Dua perusahaan penerbangan
raksasa ini memang sangat terpukul setelah penjualannya anjlok untuk pesawat
dua lorong seperti Boeing 787, Boeing 777, Airbus A350 dan A330neo. Di sisi
lain, beban operasional dan pengeluaran perusahaan terus meningkat.
Beberapa calon pembeli
mengatakan, tidak ingin mengirim pilot untuk mengklaim pesawat terbang di AS,
tempat pandemi merebak. Namun, beberapa pihak berharap maskapai penerbangan
masih punya peluang tumbuh, dengan menumbuhkan armasa pesawat dengan ukuran
yang lebih kecil untuk penerbangan domestik sebelum menambah pesawat yang lebih
besar untuk perjalanan lintas benua.
"Ini adalah salah satu dari
sedikit pengungkit yang bisa mereka tarik untuk menghasilkan lebih banyak uang
selama krisis," kata Aboulafia tentang respons terhadap banyaknya pesawat
menanggur di landasan Boeing. Namun, mengenai hal tersebut pihak Boeing belum
berkomentar.
Hanya saja, Greg Smith, Direktur Keuangan
Boeing mengatakan pihaknya
terus memantau dengan cermat pasar komersial. "Kami tetap terlibat dengan
pelanggan kami di seluruh dunia untuk memahami sepenuhnya persyaratan jangka
pendek dan jangka panjang," katanya.
Sebagai informasi, saat ini
pelanggan Boeing hanya mengambil tiga unit dari Boeing 787 selama bulan Mei dan
Juni 2020, serta 36 pesawat dalam enam bulan pertama tahun ini. Jumlah ini
turun drastis dari 78 unit pengiriman di tahun sebelumnya.
Boeing juga telah memangkas
produksi 787 menjadi hanya 10 jet sebulan, dengan pemotongan yang lebih besar
untuk dua tahun mendatang.
Sumber : Kontan, 19.07.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar