Bisnis.com, JAKARTA – Pemulihan
ekonomi China diperkirakan akan berlanjut pada paruh kedua tahun ini. Untuk
itu, diperlukan lebih banyak kebijakan untuk memfasilitasi kembalinya sektor
jasa dan memacu konsumsi.
Banyak ekonom melihat kebijakan
pemerintah China akan fokus pada mempersempit kesenjangan pembangunan di tengah
rebound yang cepat namun tidak merata guna mengonsolidasikan ketahanan ekonomi
jangka panjang.
Mereka memperkirakan tujuan utama
pemerintah adalah untuk terus memusatkan pada stabilisasi pekerjaan dan
memastikan kelangsungan hidup korporasi sembari mempertahankan ruang kebijakan
untuk guncangan yang timbul dari potensi kebangkitan pandemi Covid-19.
Meski dunia masih bergulat dengan
dampak Covid-19, ekonomi China mampu rebound dengan berekspansi 3,2 persen pada
kuartal II/2020 dari tahun sebelumnya.
Tak hanya memutar balik kontraksi
sebesar 6,8 persen pada kuartal I/2020, capaian tersebut lebih baik dari dari
ekspektasi ekonom.
Para analis kini mempertimbangkan
keberlanjutan momentum rebound yang kuat dan bagaimana kebijakan China dapat
berkembang pada paruh kedua tahun ini untuk menjaga ekonominya dalam jalur
pemulihan yang stabil.
Pandangan umum di antara para
ekonom adalah bahwa pemulihan China akan berlanjut pada paruh kedua. Namun,
lajunya mungkin akan lebih lambat karena ekonomi terus menghadapi tantangan
berat seperti tekanan pengangguran yang terus-menerus dan kemungkinan gelombang
baru Covid-19.
Menurut para ekonom, China perlu
meningkatkan dukungan kebijakan untuk mengatasi beberapa pola yang tidak merata
di balik rebound yang kuat.
Sebagai contoh, konsumsi rumah tangga
tetap lesu karena penjualan ritel nasional turun 1,8 persen secara year-on-year
pada Juni 2020, dan pemulihan sektor jasa telah tertinggal produksi industri
dan pertumbuhan konstruksi negara ini.
“Ekonomi telah pulih dengan baik
sehubungan dengan produksi industri sementara jasa terpukul pada paruh pertama
tahun ini,” kata Kepala
unit ekonomi untuk Asian Development Bank di China Dominik Peschel, dilansir dari China
Daily, Senin (20/7/2020).
Para ekonom mengharapkan
kebijakan-kebijakan yang lebih mendukung akan diluncurkan untuk memfasilitasi
pemulihan yang lebih kuat dari sektor jasa serta demi memacu konsumsi domestik.
Peschel mengatakan bahwa
dimulainya kembali konsumsi rumah tangga akan memainkan peran penting untuk
kelangsungan pemulihan China dalam beberapa bulan mendatang.
“Prasyarat konsumsi domestik
untuk meningkat termasuk penghindaran gelombang kedua Covid-19, kebijakan
pemerintah yang bertujuan menstabilkan lapangan kerja dan pendapatan rumah
tangga, serta peningkatan sentimen konsumen,” terang Peschel.
Sementara itu, upaya-upaya
kebijakan harus terus fokus pada memastikan bahwa perusahaan-perusahaan
terutama usaha kecil dan menengah memperoleh kredit yang cukup dengan suku
bunga yang wajar.
“Ini lantaran penciptaan lapangan
kerja dan peningkatan mata pencaharian dasar masyarakat sangat bergantung pada
kapasitas bisnis untuk terus mempekerjakan staf di lingkungan ekonomi yang
menantang,” lanjutnya.
Sebagian besar ekonom tidak
melihat perubahan kondisi yang cepat dari keseluruhan pelonggaran kebijakan
China setelah seorang pejabat senior dari Biro Statistik Nasional mengatakan
bahwa pemulihan ekonomi nasional masih di bawah tekanan.
Hal tersebut karena kerugian yang
disebabkan oleh pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih dan mengembalikan
ekonomi untuk normal masih merupakan tugas yang berat.
Pada Sabtu (18/7/2020), Wakil dekan School of
Economics di Renmin University of China Wang Jinbin mengatakan keseluruhan pasokan kredit China
kemungkinan akan dijaga pada level yang tinggi pada beberapa kuartal mendatang.
Sementara itu, bisa diperkirakan
akan terdapat lebih banyak pengeluaran fiskal untuk membantu upaya bantuan
bencana dan rekonstruksi di wilayah selatan yang terkena dampak banjir.
Para ekonom berpendapat kebijakan
China di masa depan akan terus mencerminkan gagasan kepemimpinan pusat untuk
mempertahankan fokus strategisnya serta pemikiran untuk mencegah ekonomi negara
menderita kerusakan yang tak terduga mengingat prospek ekonomi global yang
sangat tidak pasti.
"Kami pikir pemulihan
pertumbuhan yang berlanjut pada kuartal kedua tidak akan membalik sikap
pelonggaran kebijakan keseluruhan pada kuartal ketiga karena kegiatan ekonomi
belum sepenuhnya kembali normal, tekanan pasar kerja dan ketidakpastian
pertumbuhan tetap ada,” ujar ekonom China di UBS.
Akan tetapi, kepemimpinan pusat
dapat menilai kembali pelonggaran bauran kebijakan dalam beberapa bulan mendatang
ketika pertumbuhan China menjadi normal dan permintaan eksternal pulih.
Gubernur
People's Bank of China (PBOC) Yi Gang mengatakan baru-baru ini bahwa China perlu mencegah kebijakan keuangan
dari berkurangnya insentif dan pemerintah perlu lebih memperhatikan efek
samping kebijakan tersebut.
Regulator keuangan negara telah
mengawasi dengan cermat kenaikan harga aset yang cepat baru-baru ini serta
potensi pertumbuhan kredit bermasalah di sektor perbankan di tengah
kekhawatiran bahwa potensi lonjakan kredit macet dapat membahayakan stabilitas
sistem keuangan negara.
Di sisi lain, Kepala ekonom di Guotai Jun'an Securities Hua
Changchun mengatakan kebijakan
pemerintah perlu mencapai keseimbangan antara mendukung pemulihan ekonomi serta
mencegah risiko keuangan dan gelembung aset di pasar modal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar