JAKARTA: The National Maritime Institut mendesak operator
bongkar muat melakukan investasi pengadaan alat guna memacu produktivitas kerja
sebagai antisipasi pemogokan.
Usulan itu disampaikan terkait dengan aksi mogok yang
dilakukan operator crane, angkutan pelabuhan dan buruh di Pelabuhan Panjang,
Provinsi Lampung sejak Jumat (28 Okt) hingga berita ini turun masih
berlangsung.
Direktur lembaga itu, Siswanto Rusdi, mengatakan
investasi peralatan bongkar muat merupakan keharusan mengingat operator
dituntut melakukan percepatan arus barang dan peningkatan produktivitas.
Dia menyayangkan terjadinya aksi mogok karena tidak
memberikan solusi bagi perbaikan layanan. Namun, PT Pelindo II perlu menggandeng operator
tersebut agar usaha PBM yang selama ini
telah berjasa pada kegiatan bongkar muat di pelabuhan tidak mati.
Situasi antara PBM dan Operator Pelabuhan saat ini memang
dilematis. "Kalau PBM mau tetap berbisnis, perlu investasi alat sehingga
setara kemampuannya dengan Pelindo," katanya, Sabtu (29 Okt) sore.
Seperti diketahui, operator crane, angkutan pelabuhan dan
buruh melakukan aksi mogok operasi di
Pelabuhan Panjang, Provinsi Lampung sejak Jumat.
Mogok dilakukan sebagai bentuk protes atas rencana
operasional peralatan bongkar muat jenis gantry jip crane pada dermaga yang
melayani bongkar muat barang curah kering.
PT Pelindo II (Persero) memasang sedikitnya 4 peralatan
bongkar muat jenis Gantry Jip Crane di Pelabuhan Panjang. Alat tersebut
dipasang dalam rangka meningkatkan produktivitas bongkar muat.
Sumber : Bisnis Indonesia, 29.10.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar