Perhelatan yang direncanakan akan diresmikan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, perlu mendapat perhatian, karena ini kerjasama
kawasan terbesar yang melibatkan 36 negara di kawasan Asia dan Amerika Latin,
serta lembaga keuangan dan pembangunan regional seperti ADB (Asian Development
Bank) dan IDB (Inter-American Development Bank).
Diperkirakan hampir semua Menteri Luar Negeri dari kedua
kawasan akan menghadiri pertemuan, membahas kerjasama dan dialog di bidang
politik, ekonomi, juga saling pemaham an dari kedua kawasan yang letak nya
secara geografis berjauhan.
FEALAC gemanya tentu saja tidak selantang Asean dan APEC,
bahkan gaungnya mungkin tidak sekeras ASEM. Namun dari segi urgensi dan
efektivitas kerjasama, FEALAC jelas memiliki posisi strategis yang perlu
diperhatikan dan mendapatkan dorongan dari berbagai pemangku kepentingan.
Organisasi yang pembentukannya diprakarsai PM Goh Chok
Tong tahun 1998 dimaksudkan untuk menjadi jembatan antara kerja sama dalam
kerangka APEC (Asia-Pacific Economi Cooperation) dan ASEM (Asia Europe
Meeting).
Sebagai tuan rumah, Indonesia yang berusaha memaksimalkan
hasil kerja sama dalam kerangka FEALAC, juga mengorganisasikan pertemuan Vision
Group yang berlangsung 4–5 Juni 2013.
Vision Group yang akan memetakan road map FEALAC dalam
jangka menengah dan panjang tidak hanya berupaya mempromosikan keberadaan
FEALAC, tetapi juga diharapkan me ngeluarkan rekomendasi strategis yang dapat
menjadi tonggak pendorong kebangkitan ekonomi negara selatan-selatan.
Selama 2010, FEALAC menyumbang 36% dari PDB (PPP) global,
dengan rincian: 27% kontribusi negara anggota FEALAC di kawasan Asia Pasifik
dan 9% dari kawasan Amerika Latin. Pangsa tersebut jauh di atas Amerika Serikat
dan Uni Eropa yang masing-masing 20%.
Negara berkembang dalam FEALAC bahkan menjadi penyumbang
terbesar pertumbuhan global dengan kontribusi 56% dengan tingkat pertumbuhan
2,81% dari 5,01% pertumbuhan ekonomi dunia pada 2010.
Kendatipun demikian, harus diakui bahwa hubungan ekonomi
dan per da gangan dalam kerangkaFEALAC masih didominasi China, yang ekspor nya
ke kawasan Amerika Latin mencapai 33,4%, jauh di atas nega ra-negara di kawasan
Asia Pasifik yang berjumlah 21,6%.
Importir terbesar produk Amerika Latin juga China dan
Asia-Pasifik masing-masing mencapai 22,6% dan 14,8%.
Dari data yang diolah ECLAC (Economic Commission for
Latin America and Carribean), terlihat bahwa perdagangan antar sesama negara
kawasan Asia dan Latin Ame rika pada 2008-2010, masih terlihat sangat dominan.
Ekspor negara kawasan Asia Pasifik FEALAC di antara
sesama kawas an Asia Pasifik mencapai 39,13%, dan hanya mengimpor 4,33% dari
kawas an Amerika Latin dan Karibia. Sementara ekspor Amerika Latin dan Karibia
ke kawasan Asia Pasifik sebesar 12, 07%.
Namun menariknya ekspor ke sesama Amerika Latin dan
Karibia juga rendah, hanya 18,05%. Ekspor Indonesia, 58,49% masih ditujukan ke
kawasan Asia Pasifik, sementara ke kawasan Amerika Latin dan Karibia hanya
1,86%.
Importir terbesar produk kawasan Asia Latin Karibia
adalah Korsel dengan 6,49% dan disusul China yang impornya mencapai 5,08%,
serta Jepang 4,97%. Eksportir terbesar dari kawasan Amerika Latin Karibia ke
Asia Pasifik, masing-masing adalah Kuba (39,95%), Chile (39,22%), Peru (23,42%)
dan Brazil (21,57%).
Ekspor dari kawasan itu umumnya didominasi produk
pertanian dan tam bang dan sebagian besar tujuannya adalah China. Namun Amerika
Serikat tetap menjadi negara tujuan utama ekspor Amerika Latin dan Karibia.
Hampir setengah ekspornya (45%) ke AS dan hanya 14% dan
11% ekspor negara Amerika Latin dan Karibia ditujukan ke Uni Eropa dan seluruh
negara kawasan Asia Pasifik.
KENDALA UTAMA
Tingginya biaya transportasi (laut dan udara) tentu saja
menjadi kendala utama dalam mendorong peningkatan hubungan ekonomi kedua
kawasan. Di samping itu, terbatasnya hubungan angkutan laut merupakan hambatan
utama, karena pela buhan langsung yang berhubungan dengan Asia hanya di Chile.
Hambatan lain adalah perbedaan cukup besar antara kawasan
Asia Pasifik dan Amerika Latin dan Karibia di bidang politik, ekonomi dan
budaya. Asia Pasifik yang penduduknya mencapai 61% dari penduduk global
memiliki PDB hampir 30% dari PDB dunia.
Sementara Amerika Latin dengan penduduk hanya 9% dari
total global PDB-nya hanya 5,7%. Meskipun demikian, pendapat per kapita di
kawasan Amerika Latin dan Karibia yang mencapai US$3.600 lebih besar dari
kawasan Asia Pasifik yang hanya US$2.600.
Tingginya kesenjangan pendapatan diperkirakan menjadi
penyebab, kendatipun pertumbuhan ekonomi Amerika Latin dan Karibia jauh lebih
rendah dibandingkan dengan kawasan Asia Pasifik. Dari arus investasi (FDI),
Spanyol, AS dan Belanda masih menjadi negara sumber utama investasi di kawasan
Amerika Latin da Karibia.
Pada 2010, investasi Spanyol masih terbesar mencapai 28%,
diikuti AS 17% dan Belanda 13%. China meningkat pesat dengan FDI 9% antara lain
di Brazil senilai US$9,5 miliar dan di Argentina sebesar US$5,55 miliar.
Upaya untuk menjembatani kesenjangan dan perbedaan antara
kedua kawasan tentu saja menjadi agenda utama dalam pembahasan pertemuan di
tingkat Menteri Luar Negeri, SOM (senior official meeting) dan juga dalam
berbagai pertemuan Working Group dan Sub-Working Group.
Salah satu kerjasama konkret yang sudah mulai terbentuk
adalah upaya peningkatan arus saling kunjung wisatawan dari dan ke kedua
kawasan dan juga mekanisme kerjasama pengembangan produk pertanian melalui
kerja sama bioteknologi.
Indonesia, sebagai tuan rumah tidak saja bisa
memanfaatkan FEALAC untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan berbagai
negara anggota FEALAC, juga bisa menjadikan organisasi ini sebagai jembatan
kerja sama antara kawasan Asia Pasifik dan Amerika Latin yang selama ini belum
dimanfaatkan.
Dengan begitu besarnya potensi pengembangan dan
peningkatan hu bungan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara kedua kawasan,
FEALAC tentu saja diharapkan dapat membuka peluang lebih besar.
Berbagai dialog, dalam kerangka FEALAC maupun pertemuan
bilateral pemimpin negara anggota, tentu saja dapat menjadi mekanisme pembahasan
mengenai akses pasar dan investasi, dan juga penyederhanaan tarif dan bea
cukai.
FEALAC tidak saja diharapkan meng akselerasi peningkatan
kerja sama yang telah didahului oleh berbagai sinetron Maria Marcedez, serta
hiruk pikuk laga bola dunia, sekarang juga menunggu derasnya arus perpu taran
produk pertanian dan manufakturing antar kedua kawasan.
*) Des Alwi, Staf Direktorat Kerjasama Intra-Kawasan
Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri.
Sumber : Bisnis Indonesia, 07.06.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar