BISNIS.COM, JAKARTA—Perlambatan ekonomimasih menjadi
penyebab turunnya ekspor sektor nonmigas sebesar 2,28% pada periode Januari-Mei
2013 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor
nonmigas Januari-Mei 2013 mencapai US$62,7 miliar, sedangkan tahun sebelumnya
bisa sampai US$64,2 miliar.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan
perlambatan ini menyebabkan harga beberapa komoditas di pasar global belum
membaik. Namun, harga komoditas ekspor utama Indonesia sudah tidak turun
signifikan.
“Kalau dilihat per komoditi, paling tidak andalan ekspor
kita, misalnya minyak sawit ada indikasi membaik pada awal 2014. Dalam 2-3 bulan
terakhir ini masih melandai, tetapi akan naik,” kata Bayu dalam jumpa pers
kinerja ekspor Mei 2013, Rabu (3/7/2013).
Dia menambahan tahun ini masih agak berat dari sudut
nonmigas. Nilai ekspor dan impor sektor ini pada Januari-Mei 2013 masing-masing
berkurang hampir 2,3% secara year-on-year. Namun, terdapat optimisme akan
membaik pada tahun depan.
Bayu mengungkapkan pihaknya mempunyai prediksi optimistis
dan pesimistis. Prediksi pesimistis, harga akan terus menurun sampai akhir
tahun dan naik mulai semester II tahun depan.
Prediksi optimistisnya, semester I ini sudah merupakan
titik terendah dan sampai akhir tahun akan melandai. Keadaan akan membaik pada
awal 2014.
Dia menuturkan kinerja ekspor saat ini memang bukan yang
ideal, tetapi juga tidak terlalu jelek ditengah situasi global yang tidak
menentu. Kondisi yang belum stabil di China, Jepang, dan India turut
mempengaruhi ekspor Tanah Air.
Bayu mengingatkan yang perlu dicermati adalah kurs rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sangat mempengaruhi perolehan nilai
ekspor. Bahkan, kurs ini memberikan beban yang lebih berat pada nilai impor.
“Melihat kondisi pelemahan ini mau tidak mau kita harus
bersiap. Saya pikir ekonomi Indonesia cukup kuat untuk melewati 2013 dan semoga
bisa mendapat benefit pada 2014,” ujarnya.
Bayu melihat pola kinerja ekspor semester I/2013 dan
semester I/2012 hampir sama. Indonesia masih mengandalkan minyak sawit mentah,
bahan bakar mineral, mesin/peralatan listrik, serta karet dan barang dari
karet.
Meskipun kinerjanya menurun, tetapi Bayu berpendapat
tidak sampai anjlok. Baik volume dan tren masih relatif terjaga. Jika
perekonomian membaik kinerjanya bisa terdongkrak.
Indonesia, imbuhnya, juga mempunyai komoditas lain yang
mempunyai potensi besar dan ini yang akan terjadi pada semester II/2013
misalnya alas kaki dan pakaian jadi bukan rajutan.
Ekspor alas kaki naik US$67 juta dari US$327 juta pada
April 2013 menjadi US$394 juta pada Mei 2013. Adapun pakaian jadi bukan rajutan
naik US$22 juta menjadi US$338 juta pada Mei 2013.
Sumber : Bisnis Indonesia, 03.07.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar