Bisnis.com, JAKARTA—Pusat Informasi Keamanan Maritim
Indonesia (Pikmi) mencatat terjadi tren peningkatan aksikejahatan maritimkurang
signifikan atau pencurian ringan, di area pelabuhan dan tambatan (anchorage) di
Indonesia.
Kejahatan maritim tersebut masuk kategori 3 karena
dinilai kurang signifikan (less significant), yakni pelaku menaiki kapal secara
diam-diam layaknya pencuri dan kabur setelah mendapatkan apa pun barang
berharga yang dijumpai di atas kapal.
Istilah lain untuk tipe ini adalah petty theft atau
pencurian ringan.
Kepala Pusat Informasi Keamanan Maritim Indonesia (Pikmi)
Moh Yasin mengatakan sebetulnya terjadi penurunan tingkat kejahatan maritime di
Bangladesh, India, Selat Malaka, dan Selat Singapura pada tahun ini.
"Di Indonesia terjadi tren peningkatan kejadian Kategori
3," ujarnya dalam surat elektronik, Rabu (24/7/2013).
Rata-rata kejahatan maritim yang terjadi, jelasnya,
melibatkan kelompok pelaku dari 1-3 orang bersenjatakan parang atau pisau.
"Barang yang digondol adalah suku cadang kapal serta
benda berharga milik ABK,” katanya.
Pikmi merupakan unit di bawah The National Maritime
Institute atau Namarin yang khusus
membidangi informasi aksi kejahatan terhadap kapal. Pikmi juga merupakan
mitra ISC-ReCAAP di Indonesia.
ReCAAP adalah kerja sama regional antaranegara dalam
memperkokoh koordinasi membumihanguskan kejahatan di laut dari pencurian hingga
perompakan.
Ada 17 negara dalam ISC yakni Bangladesh, Brunei
Darussalam, Kamboja, China, Denmark, India, Jepang, Korea Selatan, Laos,
Myanmar, Belanda, Norwegia, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand dan
Vietnam.
Inggris yang baru saja bergabung, Indonesia dan Malaysia
belum.
Deputy Direktur ReCAAP Nicholas Teo dalam surat
elektroniknya mengatakan tujuan prinsip dari pendirian lembaga itu ialah
menjadi pusat informasi untuk memerangi pembajakan dan perampokan bersenjata
terhadap kapal-kapal di Asia.
Sumber : Bisnis Indonesia, 24.07.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar